Warta21.com- Rusia memulai latihan militer dengan tetangga sekaligus sekutu dekatnya Belarusia. Ini dilakukan selama 10 hari, mulai Kamis (10/2/2022) hingga 20 Februari.

Latihan militer berlangsung di tengah ketegangan negeri Presiden Vladimir Putin itu dengan Ukraina, Amerika Serikat (AS) dan NATO. Setidaknya 30.000 tentara Rusia diyakini ikut adil dalam latihan militer, yang menurut NATO, penempatan terbesar setelah era Perang Dingin.

Latihan tersebut, dikatakan Rusia ditujukan untuk mempraktikkan cara mengusir “agresi eksternal” secara luas. “Menekan dan memukul mundur agresi eksternal selama operasi pertahanan, serta melawan terorisme dan melindungi kepentingan Negara Kesatuan,” kata Kementerian Pertahanan Rusia.

Tidak jelas agresi eksternal yang dimaksud, apakah merujuk potensi serangan Ukraina, AS tau NATO. Sementara “Negara Kesatuan” mengacu pada organisasi supranasional Rusia dan Belarusia, yang memperdalam hubungan dan integrasi keduanya di sejumlah bidang.

Latihan berlangsung di perbatasan barat dan selatan Belarusia, yang berbatasan dengan Polandia, negara-negara Baltik- Lithuania dan Latvia- di barat dan utara, dan Ukraina di selatan.

Meski tak ada komentar dari Putin langsung, Presiden Belarus Alexander Lukashenko telah secara terbuka menyatakan bahwa latihan tersebut bertujuan untuk mempersiapkan pasukan Rusia dan Belarusia melawan kemungkinan konfrontasi militer yang berasal dari Eropa. Mengingat penempatan pasukan NATO di Baltik dan Polandia.

Polandia dan Lithuania memang bagian NATO. Sementara Ukraina sendiri tengah mencoba menjadi anggota pakta pertahanan itu.

Foto: Kendaraan tank pasukan darat Rusia dalam jumlah besar ditempatkan di Kota Yelnya, Region Smolensk Oblast. AP/

“Hari ini kita melihat perlunya mengadakan latihan skala penuh di wilayah barat dan selatan, untuk menyusun rencana aksi tertentu melawan kekuatan di barat (negara-negara Baltik dan Polandia) dan selatan (Ukraina),” kata Lukashenko menurut kantor berita negara Belarus Belta.

Sementara itu, Gedung Putih melihat latihan militer justru memanaskan situasi. Ini dikatakan sebagai sebuah eskalator dan bukan tindakan bentuk deeskalasi konflik.

Rusia, Serbia dan Belarusia gelar latihan militer gabungan.

“Secara umum, kami tidak memiliki masalah dengan latihan. Itu adalah fungsi normal dari organisasi militer. Namun, semua negara harus transparan dan mengomunikasikan latihan militer mereka melalui saluran internasional yang sesuai untuk menghindari kesalahpahaman dan salah perhitungan,” kata Juru Bicara Departemen Pertahanan A.S. Anton T. Semelroth kepada CNBC International, dikutip Jumat.

“Ini bahkan lebih penting sekarang ketika situasi di kawasan itu menyerukan de-eskalasi.”

NATO juga menyatakan keprihatinan soal ini. Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan pengerahan pasukan dan perangkat keras militer tengah berlangsung di bawah penyamaran bernama latihan militer.

“Ini adalah pasukan yang sangat mampu, siap tempur, dan tidak ada transparansi dalam pengerahan,” katanya Januari saat pengumuman latihan pertama diberikan.

“Tentu saja, ini menambah kekhawatiran kami. Ini menambah ketegangan dan menunjukkan bahwa tidak ada de-eskalasi. Sebaliknya, sebenarnya lebih banyak pasukan, lebih banyak kemampuan di lebih banyak negara.”

Kemarin, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson dikabarkan melakukan perjalanan ke Brussel dan kemudian Warsawa, Polandia untuk meminta mitra internasional untuk menunjukkan solidaritas dengan sekutu NATO.

Sementara itu, Kanselir Jerman Olaf Scholz akan bertemu dengan rekan-rekannya dari Estonia, Latvia dan Lithuania untuk membahas pengerahan militer jangka panjang jika pasukan Rusia tidak meninggalkan Belarus setelah latihan yang akan datang.

Rusia sendiri mengaku tak akan menyerang Ukraina jika NATO menghentikan ekspansinya di Euopa Timur. Termasuk tak akan menjadikan Ukraina sebagai anggotanya.

Sebelumnya Dr. Robert Farley, pengajar studi keamanan dan diplomasi di The Patterson School di AS mengatakan konflik Rusia dan Ukraina memang bisa jadi awal mula Perang Dunia III (World War 3).

“Titik nyala yang memungkinkan untuk perang kekuatan besar di tahun 2022 terletak di sepanjang perbatasan antara Rusia Ukraina,” tulisnya dalam artikel 19fortyfive.

Baca Juga: Breaking News, Timnas U-23 Mundur dari Piala AFF U-23

sumber: cnbcindonesia.com

Silahkan berkomentar
Artikulli paraprakTes MotoGP Sirkuit Mandalika Dibatalkan Karena Kotor
Artikulli tjetërDI CARI!! 10 VAPORISTA

2 KOMENTAR

Tinggalkan Balasan ke Penilaian BNI Tentang Dampak Perang Rusia-Ukraina - Warta 21 Batal membalas

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini