Ilustrasi Pelurus Rambut. (Foto: bebeautiful.in).

Warta21.com- “Beauty is pain”, Pernah mendengar ungkapan tersebut? Tak harus sakit, tetapi banyak orang yang rela menyakiti dirinya sendiri untuk mendapatkan rupa yang didambakan.

Salah satunya adalah rambut. Mau dipotong, dicatok, diwarnai, atau diluruskan, rambut bak mahkota sehingga harus tampil sebaik mungkin.

Masalahnya, tidak sedikit studi yang menghubungkan produk perawatan rambut dengan risiko kanker. Sebuah studi terbaru mengungkapkan bahwa produk pelurus rambut bisa meningkatkan risiko kanker uterus atau rahim. Simak studi selengkapnya!

Libatkan Puluhan Ribu Partisipan Perempuan

Bukan rahasia kalau produk perawatan rambut mengandung senyawa yang mengacaukan hormon endokrin dan karsinogenik, sehingga bisa meningkatkan risiko kanker yang sensitif hormon, seperti kanker payudara hingga kanker ovarium. Akan tetapi, belum ada studi yang melihat efeknya terhadap rahim.

Dimuat dalam Journal of the National Cancer Institute (JNCI) pada 17 Oktober 2022, para peneliti Amerika Serikat (AS) dari Research Triangle Park dan University of North Carolina mencari tahu efek produk perawatan rambut terhadap risiko kanker rahim.

Penelitian ini menggunakan data dari studi SISTER oleh National Institute of Environmental Health Sciences (NIEHS). Dari tahun 2003–2009, sebanyak 33.947 perempuan berusia 35–74 tahun terlibat dalam penelitian ini. Mereka melaporkan penggunaan produk perawatan rambut selama 12 bulan terakhir, termasuk:

  • Cat rambut (permanen dan semi-permanen).
  • Pelurus rambut.
  • Relaxer rambut.
  • Catokan rambut.

Hasil: Produk Pelurus Rambut Dongrak Risiko Kanker Rahim

Para peneliti lalu memantau para partisipan selama hampir 11 tahun (10,9 tahun). Selama periode tersebut, penelitian bertajuk “Use of Straighteners and Other Hair Products and Incident Uterine Cancer” ini menemukan 378 kasus kanker rahim.

Dari temuan tersebut, perempuan yang sering menggunakan produk pelurus rambut (lebih dari empat kali pada tahun sebelumnya) berisiko terkena kanker rahim. Risiko kanker rahim meningkat hingga 80 persen dibanding mereka yang tidak menggunakan produk pelurus rambut sama sekali.

“Kami memprakirakan 1,64 persen perempuan yang tak menggunakan pelurus rambut terkena kanker rahim di usia 70 tahun. Namun, untuk yang sering memakai, risiko naik jadi 4,05 persen,” tulis pemimpin studi, Alexandra J. White, PhD, MSPH.

Saat dibandingkan, pemakaian produk rambut lebih dari empat kali pada 12 bulan terakhir meningkatkan risiko kanker rahim lebih dari dua kali lipat. Meski begitu, para peneliti menemukan bahwa penggunaan produk rambut lain, seperti cat rambut, tidak memicu risiko kanker rahim.

“Risiko yang meningkat dua kali lipat ini mengkhawatirkan,” tambah Alexandra.

Meningkatnya Kasus Dalam Kelompok Afrika-Amerika

Sejak 2019, National Cancer Institute (NCI) memprakirakan risiko kanker rahim tengah naik di Negeri Paman Sam. Bahkan, dari data NCI pada 2022, kanker rahim berkontribusi sebanyak 3 persen dalam kasus kanker secara keseluruhan dan sebanyak 65.950 kasus kanker rahim baru tercatat di AS. Tren ini disorot meningkat di kalangan etnis Afrika-Amerika.

Dalam studi tersebut, sekitar 60 persen partisipan yang sering menggunakan pelurus rambut adalah perempuan Afrika-Amerika. Sementara ras bukanlah faktor besar penyebab kanker rahim, penggunaan pelurus rambut yang frekuen di kalangan etnis Afrika-Amerika bisa menjelaskan tren tersebut.

“Karena perempuan Afrika-Amerika menggunakan pelurus rambut atau relaxer lebih sering dan pada usia lebih dini dibanding ras dan etnis lain, temuan ini lebih relevan terhadap mereka,” papar rekan peneliti, Che-Jung Chang, PhD.

Konsisten dengan Riset Sebelumnya

Para peneliti mencatat hasil temuan ini konsisten dengan studi mereka sebelumnya, bahwa pelurus rambut memicu kanker berbasis hormon di kalangan perempuan. Studi sebelumnya tersebut melibatkan hampir 50.000 partisipan di studi SISTER dan dimuat dalam International Journal of Cancer pada akhir 2019.

Hanya saja, hasilnya berbeda. Dalam penelitian ini, cat rambut permanen meningkatkan risiko kanker payudara hingga 9 persen. Lalu, di kalangan perempuan Afrika-Amerika, penggunaan cat rambut permanen tiap 5–8 minggu meningkatkan risiko kanker payudara hingga 60 persen.

Meski begitu, para peneliti mengingatkan bahwa penelitian ini bukan berarti mengiyakan kalau cat rambut adalah “satu-satunya pemicu kanker payudara”. Hal ini perlu diteliti lebih lanjut di masa depan.

“Kita terpapar banyak hal yang bisa memicu kanker payudara, dan kecil kemungkinannya hanya satu faktor yang berkontribusi. Sementara masih terlalu dini, menghindari zat-zat kimia ini bisa mengurangi risiko kanker payudara,” ujar rekan peneliti di penelitian tersebut, Dale Sandler, PhD.

Kanker Rahim Masih Tergolong Langka

Dalam penjelasannya, Alexandra menekankan satu hal utama: kanker rahim masih tergolong jenis kanker langka. Menurutnya, penelitian ini adalah salah satu penelitian epidemiologi yang memantau hubungan antara pelurus rambut dan kanker rahim.

Sementara merek dan bahan produk pelurus rambut tak dikumpulkan, para peneliti mencatat zat kimia dalam produk (paraben, bisfenol A, logam, dan formalin) bisa memicu kanker rahim. Paparan zat kimia lebih dikhawatirkan karena diserap kulit rambut yang diperparah oleh luka bakar dan lesi dari panasnya pelurus rambut.

“Butuh penelitian lebih jauh untuk mengonfirmasi temuan ini dalam populasi berbeda untuk mengetahui apakah produk rambut berkontribusi terhadap perbedaan risiko kanker rahim dan mengetahui zat kimia tertentu yang meningkatkan risikonya di kalangan perempuan,” tandas Alexandra.

Baca Juga: Berikut Mitos dan Fakta Seputar Kanker Payudara!

sumber: idntimes.com, dan beberapa sumber.

Silahkan berkomentar
Artikulli paraprakBerikut Mitos dan Fakta Seputar Kanker Payudara!
Artikulli tjetërTragedi Itaewon: Aktor Lee Ji Han Meninggal Dalam Tragedi Ini!

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini