ilustrasi resesi seks. (gambar: honestdocs.id).

Warta21.com- Sejumlah negara maju disebut mengalami ‘resesi seks‘ dalam dekade terakhir mulai dari China hingga Amerika Serikat.

Istilah ‘Resesi Seks’

Mengutip jurnal The Atlantic, istilah ‘resesi seks’ merujuk pada penurunan rata-rata jumlah aktivitas seksual yang dialami suatu negara sehingga mempengaruhi tingkat kelahiran yang rendah.

China, misalnya, pada 2021 mengalami angka kelahiran terendah sejak 1949. Di tahun ini, jumlah kelahiran bayi sekitar 11 juta, menurun dibanding pada 2016 dengan 18 juta kelahiran.

Pakar bahkan memperkirakan jumlah kelahiran pada 2022 di bawah 10 juta, yang artinya lebih rendah dari tahun sebelumnya.

Selain itu, jumlah pasangan yang menikah juga terus menurun selama tujuh tahun berturut-turut. Pada 2020 hanya 8,1 juta pasangan yang menikah, jumlah ini menurun 12 persen dari 2019.

Tak hanya China, negara dengan jumlah populasi terbanyak ketiga saat ini, Amerika Serikat, juga mengalami resesi seks.

Pada 2018 lalu, Atlantic merilis laporan soal resesi seks di AS. Artikel tersebut mengungkapkan kekhawatiran kelompok remaja dan dewasa di Negeri Paman Sam yang hanya sedikit melakukan hubungan seksual.

Merujuk data Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) dari 1991 hingga 2017, persentase murid SMP dan SMA yang melakukan hubungan seks turun menjadi 40 persen dari 54 persen.

Selain dua negara itu, Inggris dan Jepang juga dilaporkan mengalami hal serupa.

Melihat fenomena tersebut, mengapa resesi seks terjadi di negara maju?

Mantan editor media The Atlantic, Caroline Kitchener, mengatakan terdapat sejumlah alasan mengapa resesi seks bisa terjadi.

Pertama, kalangan muda yang menemukan kesenangan dengan cara baru, selain berhubungan seksual.

Di AS, dari 1991-1994 jumlah laki-laki yang melakukan masturbasi dalam minggu tertentu meningkat hingga 54 persen. Sementara itu, perempuan yang masturbasi meningkat 26 persen.

Resesi Seks di China dan Jepang

Kitchener, mengutip The Economist, juga mengatakan fenomena tersebut terjadi di negara lain. Kaum muda Jepang menilai hubungan seksual melelahkan. Dengan munculnya internet semakin memicu resesi seks. Mereka jadi lebih mudah dan sering mengakses pornografi.

Faktor pemicu seks

Faktor pemicu seks lain yakni, remaja cenderung tak berada dalam hubungan jangka panjang. Banyak dari mereka fokus pada diri sendiri dan pendidikan.

Mereka juga tak mau melakukan hubungan seksual jika tak betul-betul menginginkan.

Selain itu, pergeseran budaya turut berkontribusi pada fenomena ini. Masyarakat kini punya banyak pilihan hiburan seperti menonton film di Netflix atau berselancar di media sosial.

Menurut Insider, hal ini membuat orang tak sering melakukan hubungan seksual.

Selain itu, Kitchener juga menilai resesi seks terjadi karena hubungan seksual menyakitkan. Merujuk data penelitian dari Universitas Indiana, sebanyak 30 persen perempuan mengalami rasa sakit saat terakhir mereka melakukan penetrasi. Lalu, sebanyak 72 persen perempuan mengalami rasa sakit saat melakukan seks anal.

Di China dan mungkin banyak negara lain faktor pemicu resesi seks salah satunya pandemi Covid-19, Wabah yang muncul pada 2019 lalu turut berkontribusi terhadap angka pernikahan dan kelahiran rendah di Negeri Tirai Bambu.

“Virus corona juga memiliki dampak yang jelas terhadap pengaturan pernikahan dan kelahiran sejumlah penduduk,” demikian menurut NHC kepada Reuters pada Senin (22/8) malam waktu setempat.

Lebih lanjut, NHC menjelaskan banyak perempuan yang terus menunda rencana menikah atau memiliki anak. Sementara itu, perkembangan dan ekonomi dan sosial menyebabkan perubahan besar.

Mereka menilai kalangan muda yang pindah ke daerah perkotaan lebih banyak menghabiskan waktu untuk pendidikan dan pekerjaan yang penuh tekanan.

Sementara itu, pakar demografi mengatakan kebijakan Nol Covid-19 yang ketat di China juga mungkin menyebabkan para perempuan semakin enggan punya anak.

Faktor lain Resesi Seks di China

Faktor lain resesi seks di China karena biaya membesarkan anak yang melejit. Sehingga banyak pasangan yang memilih tak punya anak, atau cukup dengan satu anak.

Sementara itu di Negeri Sakura, kemapanan menjadi faktor penyumbang resesi seks. Banyak warga Jepang yang tak percaya diri dengan finansial dan pekerjaan mereka.

Baca Juga: Hasil dan Jadwal BWF World Championship Hari Ini!

sumber: jurnal the atlantic, cnnindonesia.com, dan beberapa sumber.

Silahkan berkomentar
Artikulli paraprakHasil dan Jadwal BWF World Championship Hari Ini!
Artikulli tjetërRibuan Ojol Demo di Berbagai Titik di Kota Surabaya!

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini