Happy weekend, para waca warta… Mulai minggu ini sampai kedepan, www.warta21.com menyajikan featured tulisan dari anda semua para waca warta. Tulisan yang panjang akan disajikan secara bersambung ditiap hari minggu. Dan buat para waca warta yang mau sharing tulisannya silahkan kirim ke redaksi warta21.com dengan meminta alamat e mail kami di kolom komentar. Berikut ini adalah tulisan para waca warta dari Jakarta..

Tertarik baca berita lainnya, kunjungi kami di googlenews

Tulisan: Saga, penderita psikosomatis!

Jika kamu belum tau apa itu psikosomatis, ini adalah penyakit psikis yang akhirnya mempengaruhi fisik saya, gejalanya saya sering sakit kepala terutama jika over thinking atau bekerja dengan otak terlalu lama dan berat, terlebih saya sebagai seorang konseptor yang harus bekerja dominan dengan otak.

Gejala lain temperamen, mual terlebih saya juga penderita gerd dan yang paling mengganggu adalah insomnia, saya susah tidur dan kalaupun saya mencoba memaksakan untuk memejamkan mata terasa otak masih berpikir seakan berisik memikirkan banyak hal, pokoknya sangat tidak nyaman.

Kenapa saya bisa terkena psikosomatis, tentunya penyebab tiap orang akan berbeda, namun dalam kasus saya menganalisa ini terjadi karena persoalan dalam bisnis dan pekerjaan, kondisi dan circle saya tidak dalam keadaan yang kondusif semua diluar kendali, tapi it’s ok saya tidak akan curhat tapi kita bisa bahas yang general saja ya!

Pada dasarnya psikosomatis disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi kesehatan mental dan emosional, seperti stres kronis, kecemasan, depresi, dan trauma, faktor-faktor ini bisa mempengaruhi sistem kekebalan tubuh dan menyebabkan gejala fisik.

Ebook Cuan dari rumah, Jualan produk hasil milyaran

Dalam kasus yang saya alami singkatnya lebih ke stres berat dan trauma karena ada dilingkungan yang toxic, jadi kalau anda ada di lingkungan yang tidak kondusif atau mulai gejala mudah marah dan tersinggung, pusing, sakit otot, susah tidur, asam lambung naik bisa jadi itu psikosomatis. Tapi jangan self diagnosis ya, tetap konsultasi ke dokter dan saran saya sih langsung datang jangan hanya lewat dokter online karena bisa jadi ada pengecekan fisik atau tes yang harus dijalani oleh penderita psikosomatis.

Psikosomatis bukan penyakit seperti demam yang jika minum parasetamol dalam tiga hari langsung sembuh, penyakit ini sangat tergantung dengan ketenangan jiwa dan pikiran si penderita, jadi bisa jadi sembuh cepat atau lama tergantung dari sikap si pengidap psikosomatis.

Saya sendiri sudah mengidap psikosomatis selama dua bulan, untuk saya yang sedikit banyak paham soal psikologis dan meski dapat melakukan hypnotherapy untuk diri sendiri juga bisa meditasi dasar ini lumayan ngebantu walau tetap sampai hari dimana saya membuat tulisan ini psikosomatis saya masih sering kambuh.

Obat dari dokter cenderung untuk penenang dan obat tidur yang pada akhirnya saya tidak rutin minum karena mengganggu aktivitas saya sebab memiliki efek lemas dan ngantuk, sesekali saya minum jika mulai temperament, overthinking dan susah tidur saja. Psikosomatis merubah banyak hal dalam hidup saya, penyakit ini seperti alarm tubuh untuk membatasi diri agar tidak overthinking dan memaksa saya untuk belajar menyikapi dengan baik apa yang datang dari luar diri saya.

Baca Juga : Cara Dapat Uang dari FB Pro bagi Pemula, Ini Tips dan Syarat Monetisasi Facebook

Untuk saat ini saya hanya bisa bersyukur dan mencoba menerima penyakit ini, dua bulan ini saya berusaha bersahabat dengan nya, menjadikan alarm diri untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Walau ada beberapa pelarian yang kurang baik seperti merokok, ingat walau rokok electric tapi tetap ini bukan rekomendasi untuk kalian ya. Untuk bersahabat dengan psikosomatis akhirnya saya belajar tentang stoiksisme.

Stoikisme mengajarkan saya untuk menerima apa yang tidak dapat dikontrol dan fokus pada hal-hal yang dapat dikontrol. Saya dapat penyakit ini di luar kontrol saya, konsultasi ke dokter, terapi, minum obat, itu yang bisa saya kontrol. Jadi Alih-alih saya fokus dengan rasa sakit saya lebih memilih bagaimana bisa menghindari agar dia tidak kambuh atau malah sesekali bersahabat ketika dia datang.

Nah salah satunya adalah dengan menulis artikel ini, awalnya enggan banget jangankan menulis karena untuk berfikir saja udah tegang kepala, tapi ya ini yang bisa saya kendalikan dan saya lakukan daripada membeku di tempat tidur lebih baik pergi keluar pesan secangkir es kopi pahit dan mulai menulis kisah, bukan untuk diri sendiri tapi pengingat untuk yang juga mengalami.

“Apa yang tidak dapat kamu ubah, kamu harus menerimanya.” – Epictetus

Selama mengidap penyakit psikosomatis ini mengelola emosi jadi hal yang paling menjadi ujian utama, ribut dengan pasangan karena ia yang paling sering bertemu dan berkomunikasi dan perdebatan sering tak bisa dihindari, untungnya pasangan saya cukup sabar. “Thank you, my love, for staying by my side through this psychosomatic journey, even though you can be annoying hahaha…”.

To be continued…

Artikulli paraprakNuzulul Quran Dan Hikmah Mencari Lailatul Qadr Dibulan Ramadhan
Artikulli tjetërReal Betis menang dramatis atas Leganes dengan skor 3-2 di kandang Leganes

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini