Foto: Orang-orang membantu orang yang terluka setelah serangan drone di akademi militer Suriah di Homs, Suriah 5 Oktober 2023 dalam tangkapan layar dari sebuah video. (via REUTERS/Video obtained by Reuters)

Warta21.com – Serangan brutal pesawat tak berawak atau drone pada Kamis (5/10/2023) yang menghantam akademi militer Suriah di Homs menewaskan 112 orang. Pemerintah menyalahkan “organisasi teroris” atas serangan tersebut.

Secara terpisah, serangan udara Turki di timur laut negara yang dikuasai Kurdi menewaskan sedikitnya 11 orang, setelah Ankara mengancam akan membalas serangan bom.

Menurut sebuah pernyataan militer yang dimuat kantor berita SANA, di pusat kota Homs, “organisasi teroris bersenjata” menargetkan “upacara wisuda para perwira akademi militer”.

Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia, sebuah lembaga pemantau yang berbasis di Inggris, melaporkan “112 orang tewas termasuk 21 warga sipil, 11 di antaranya perempuan dan anak perempuan”. Dikatakan sedikitnya 120 orang terluka.

Menteri Kesehatan Hassan al-Ghobash mengatakan kepada televisi pemerintah bahwa “jumlah korban awal” adalah 80 orang tewas “termasuk enam wanita dan enam anak-anak” dan sekitar 240 orang terluka.

Belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab.

Serangan itu dilakukan dengan “drone bermuatan bahan peledak”, menurut pernyataan militer, yang bersumpah untuk “membalas dengan kekuatan penuh”. Pemerintah mengumumkan tiga hari berkabung mulai Jumat (6/10/2023).

Di wilayah Idlib yang dikuasai pemberontak, warga melaporkan pemboman besar-besaran yang dilakukan pasukan pemerintah sebagai tindakan pembalasan. Observatorium mengatakan delapan orang tewas dan sekitar 30 lainnya luka-luka.

Sebagian besar provinsi Idlib dikuasai oleh Hayat Tahrir al-Sham, yang dipimpin oleh bekas cabang Al-Qaeda di Suriah. Kelompok jihad ini telah menggunakan drone untuk menyerang wilayah yang dikuasai pemerintah di masa lalu.

Sekjen PBB Antonio Guterres melalui juru bicaranya Stephane Dujarric mengatakan “sangat prihatin” atas serangan pesawat tak berawak tersebut.

Geir Pedersen, utusan khusus PBB untuk Suriah, mengatakan dalam sebuah pernyataan: “Pemandangan mengerikan hari ini adalah pengingat akan perlunya segera mengurangi kekerasan, menuju gencatan senjata nasional dan pendekatan kooperatif untuk melawan kelompok teroris yang terdaftar di Dewan Keamanan.”

Semalam, penembakan di Suriah menewaskan seorang wanita tua dan empat anaknya di daerah yang dikuasai pemberontak di provinsi Aleppo, kata pekerja penyelamat dan Observatorium.

Drone Turki

Sementara itu, Kementerian Pertahanan Turki mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Kamis malam bahwa pasukan Ankara telah melakukan serangan udara di Suriah utara, menghancurkan 30 sasaran, termasuk “tempat perlindungan, depot, dan tempat penyimpanan”.

Pasukan keamanan dalam negeri Kurdi mengatakan Turki telah melakukan 21 serangan di wilayah tersebut, menewaskan “11 orang, termasuk lima warga sipil dan enam” personel keamanan.

Juru bicara Pentagon Pat Ryder mengatakan kepada wartawan bahwa pesawat tempur F-16 AS di Suriah telah menembak jatuh sebuah pesawat tak berawak Turki pada Kamis, dan menganggapnya sebagai “ancaman potensial” setelah pesawat tersebut mendekati “kurang dari setengah kilometer dari pasukan AS” di dekat Hasakeh.

Turki telah melakukan serangan berulang kali terhadap sasaran di timur laut Suriah yang dikuasai Kurdi.

Pada Rabu, Ankara memperingatkan akan meningkatkan serangan udara lintas batasnya, setelah menyimpulkan bahwa militan yang melancarkan serangan akhir pekan di ibu kota Turki berasal dari Suriah.

Pasukan Demokratik Suriah yang didukung AS memimpin pertempuran yang mengusir para pejuang kelompok ISIS dari wilayah terakhir mereka di Suriah pada tahun 2019.

Turki memandang Unit Perlindungan Rakyat Kurdi (YPG) yang mendominasi SDF sebagai cabang dari Partai Pekerja Kurdistan (PKK), yang terdaftar sebagai kelompok teror oleh Ankara dan sekutu Baratnya.

Turki telah melancarkan serangan terhadap posisi PKK di Irak utara sejak serangan Minggu di Ankara, yang melukai dua petugas keamanan Turki dan diklaim oleh kelompok Kurdi.

Koresponden AFP di timur laut Suriah melihat asap mengepul dari lokasi minyak dekat Qahtaniyeh, dekat perbatasan Turki.

Dua pembangkit listrik di daerah tersebut juga terkena dampaknya, begitu pula di sekitar bendungan.

Respons Kurdi

Farhad Shami, juru bicara SDF, tentara de facto Kurdi, mengatakan serangan tersebut menargetkan lokasi militer dan sipil.

“Jelas ada peningkatan sejak ancaman Turki,” katanya.

Di pasar kota Qamishli di provinsi Hasakeh, para pedagang menyuarakan keprihatinannya.

“Situasinya makin buruk setiap hari. Turki tidak membiarkan kami bernapas,” kata Hassan al-Ahmad, seorang pedagang kain berusia 35 tahun.

Komandan SDF Mazloum Abdi pada Rabu membantah bahwa para penyerang Ankara telah “melewati wilayah kami”.

“Turki sedang mencari alasan untuk melegitimasi serangan yang sedang berlangsung di wilayah kami,” katanya.

Pemerintahan Kurdi mendesak “komunitas internasional” untuk “mengambil sikap yang mampu menghalangi” Turki dari serangannya.

Amerika Serikat, Rusia, dan Turki semuanya memiliki pasukan di negara tersebut.

Antara tahun 2016 dan 2019, Turki melakukan tiga operasi besar di Suriah utara melawan pasukan Kurdi.

Konflik di Suriah telah menewaskan lebih dari setengah juta orang sejak dimulai pada tahun 2011 dengan tindakan keras brutal terhadap protes anti-pemerintah, yang kemudian berkembang menjadi perang dahsyat yang melibatkan tentara asing, milisi, dan jihadis.

Sumber : cnbcindonesia.com

Baca Juga : Hotel Sultan Dikosongkan Tiba-tiba Muncul Ormas, Kok Bisa?

Silahkan berkomentar
Artikulli paraprakHotel Sultan Dikosongkan Tiba-tiba Muncul Ormas, Kok Bisa?
Artikulli tjetërPedagang Grosir di Surabaya Optimistis Ramai Pembeli Pascapenutupan TikTok Shop

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini