🎬 Tiga Film, Tiga Emosi, Satu Negara yang Masih Belajar Menonton
Industri perfilman Indonesia kembali menggeliat. Tiga film layar lebar resmi tayang serentak mulai Kamis, 7 Agustus 2025, masing-masing membawa genre berbeda: drama kisah nyata, horor supranatural, dan cerita keluarga penuh makna. Tapi di balik poster glossy dan trailer dramatis, ada pertanyaan yang lebih dalam: apakah kita benar-benar siap menonton dengan hati terbuka?
Tertarik baca berita lainnya, kunjungi kami di googlenews
🎭 1. Lyora: Penantian Buah Hati
Genre: Drama Kisah Nyata
Sutradara: Pritagita Arianegara
Pemeran: Marsha Timothy, Darius Sinathrya
Diangkat dari perjuangan nyata Meutya Hafid, Menteri Komunikasi dan Digital Indonesia, film ini mengisahkan perjalanan pasangan yang berjuang mendapatkan keturunan melalui proses bayi tabung. Tiga kali keguguran, tekanan karier, dan harapan yang tak kunjung padam menjadi inti narasi.
“Lyora bukan sekadar kisah kehamilan. Ia adalah refleksi tentang ketabahan perempuan yang tak diberi ruang untuk rapuh.”
— Titien Wattimena, penulis naskah
Film ini mengajak penonton untuk berhenti menilai perempuan dari status reproduksi, dan mulai memahami bahwa menjadi ibu bukan satu-satunya validasi hidup.
👻 2. Pamali: Tumbal
Genre: Horor Supranatural
Sutradara: Bobby Prasetyo
Pemeran: Keisya Levronka, Ummi Quary, Djenar Maesa Ayu
Terinspirasi dari game horor lokal, film ini membawa kita ke desa terpencil yang dihantui oleh hilangnya perempuan secara misterius. Tuyul, kuntilanak hitam, dan rumah tua menjadi latar teror yang menyimpan trauma kolektif masyarakat.
“Pamali bukan cuma soal takut. Ia adalah metafora tentang bagaimana kita menyembunyikan luka sosial di balik mitos.”
— Bobby Prasetyo
Film ini mengajak kita bertanya: apakah horor sebenarnya berasal dari makhluk gaib, atau dari sistem sosial yang membiarkan perempuan menghilang tanpa jejak?
Baca Juga: Roblox, Anak-anak, dan Kekerasan Digital: Saat Imajinasi Jadi Senjata Mainan
👨👧 3. Panggil Aku Ayah
Genre: Drama Keluarga
Sutradara: Benni Setiawan
Pemeran: Ringgo Agus Rahman, Boris Bokir, Myesha Lin
Adaptasi dari film Korea Pawn, kisah ini berpusat pada Intan, gadis kecil yang dijadikan jaminan utang oleh ibunya. Dua penagih utang yang awalnya dingin perlahan berubah menjadi figur ayah yang penuh kasih.
“Film ini mengajarkan bahwa keluarga bukan soal darah, tapi soal siapa yang memilih untuk tinggal.”
— Benni Setiawan
Di tengah krisis kepercayaan terhadap institusi keluarga, Panggil Aku Ayah menawarkan harapan bahwa cinta bisa tumbuh di tempat yang tak terduga.
https://lynk.id/warta21_/Q1b9xxp
Bioskop Sebagai Cermin Bangsa
Tiga film ini bukan sekadar hiburan. Mereka adalah cermin dari realitas Indonesia:
- Lyora bicara tentang tekanan sosial terhadap perempuan
- Pamali mengangkat trauma yang dibungkus mistis
- Panggil Aku Ayah menantang definisi keluarga konvensional
Tapi pertanyaannya: apakah penonton siap mencerna, atau hanya ingin popcorn dan pelarian?







