
Warta21.com, Jakarta – Media sosial ramai soal garis putih di atas langit yang diklaim sebagai chemtrail. Namun BMKG dan TNI AU memastikan, asap putih itu adalah jejak kondensasi pesawat terbang atau condensation trails (contrails).
Sebelumnya beredar video di Twitter pada 5 Februari 2022 menyebut asap putih yang terbentuk di belakang pesawat saat terbang merupakan senjata biologi.
Senjata biologi itu diklaim mengakibatkan influenza, mata perih, batuk, dan gangguan paru-paru.
Unggahan tersebut bahkan telah ditonton sebanyak 227.600 kali.

Selain itu, unggahan serupa juga muncul di Twitter pada 15 Februari 2022, dengan narasi Jakarta digempur chemtrail saat tengah malam.

Contrail adalah hasil dari pengembunan udara pesawat Kepala Sub Bidang Layanan Informasi Penerbangan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Ismanto Heri mengatakan, garis putih yang memanjang di langit merupakan contrails. Menurut Ismanto, fenomena itu biasa terjadi.
Hal serupa juga akan muncul seperti saat sedang di atas gunung dan meniupkan udara, asap akan keluar dari mulut.
Hal senada juga diungkapkan Kepala Dinas Penerangan TNI AU (Kadispenau) Marsma TNI Indan Gilang Buldansyah. Indan menyebut asap putih itu adalah jejak kondensasi pesawat terbang atau condensation trails (contrails).
Condensation trails adalah hasil dari pengembunan udara dengan kadar air tinggi yang bergesekan dengan mesin pesawat. Istilah condensation trails juga kerap disebut sebagai vapor trails.
Akan tetapi, saat garis putih melebur seperti awan, hal itu disebut dengan aviaticud cloud.
Chemtrail adalah zat kimia yang dilepas dengan sengaja Ismanto menjelaskan, contrails berbeda dengan chemtrail.
Menurut Ismanto, chemtrail adalah jejak kimia dihasilkan dari pelepasan zat kimia atau bahan biologis pada ketinggian tertentu dengan sengaja.
Banyak penganut teori chemtrail menilai zat kimia dilepaskan untuk tujuan buruk. Bahkan ada anggapan chemtrail dilakukan sebagai sarana pelepasan senjata biologis.
“Sampai saat ini tidak ada teori tegas akan chemtrail, namun secara umum bahan-bahan kimia yang dilepaskan dengan sengaja memiliki jejak tidak setegas contrail, baik dari sebaran dan warna,” kata Ismanto, dikutip dari pemberitaan Kompas.com.
Di luar negeri, banyak narasi yang menyebut chemtrail sebagai senjata kimia, tetapi belum ada bukti konkret tentang klaim itu.
Di Indonesia sendiri, Ismanto memastikan tak pernah ada chemtrail. Sejauh ini, pelepasan zat kimia dari udara hanya dilakukan untuk misi teknologi modifikasi cuaca (TMC).
Beberapa misi penerbangan dengan membawa bahan kimia, hanyalah untuk keperluan seperti: Misi TMC (Teknologi Modifikasi Cuaca) pesawat membawa NaCl yang disebar di area berawan untuk membuat terjadinya hujan Misi pemadaman kebakaran suatu area Penyebaran pupuk atau anti hama untuk area perkebunan.