Warta21.com – Perdana Menteri Benjamin Netanyahu membatalkan keputusan memecat Menteri Pertahanan, Yoav Gallant, setelah sejumlah pihak panik karena Israel diserang roket dari tiga negara imbas insiden Masjid Al Aqsa.
“Saya memutuskan untuk melupakan perbedaan kami,” ujar Netanyahu saat mengumumkan keputusan itu pada Senin (10/4), seperti dilansir Reuters.
Netanyahu memang mengumumkan pemecatan Gallant karena menhan itu mendesak penundaan perombakan sistem peradilan yang memicu gelombang demonstrasi di Israel.
Meski demikian, Netanyahu mengaku masih berkoordinasi ketat dengan Gallant usai ia mengumumkan pemecatan sang menhan dua pekan lalu.
Kejelasan posisi Gallant memicu kekhawatiran tersendiri karena Israel saat ini “dikeroyok” dari berbagai arah setelah polisi menyerang umat Muslim di Masjid Al Aqsa pada pekan lalu.
Tak hanya pihak-pihak di Palestina, seperti Jalur Gaza, sejumlah kubu dari Libanon dan Suriah juga menembakkan roket ke arah Israel.
Kekhawatiran akan situasi ini dilontarkan salah satunya oleh pemimpin oposisi Israel, Yair Lapid. Ia mengaku panik setelah membahas masalah keamanan ketika bertemu dengan Netanyahu.
“Saya tiba di tempat pertemuan dengan Netanyahu dengan khawatir. Ketika saya pergi, saya semakin khawatir,” ucap Lapid usai bertemu dengan Netanyahu pada Minggu (9/4), sebagaimana dilansir The Times of Israel.
“Saya mengatakan kepada Netanyahu, Israel membutuhkan menhan tetap. Dia harus mengumumkan dia tak jadi memecat Menteri Pertahanan Yoav Gallant, mengakui dia tak bisa mengandalkan kabinetnya untuk membentuk kestabilan keamanan dalam menangani situasi ini.”
Dalam pertemuan itu, Lapid juga menuntut sang PM untuk mencabut kewenangan Menteri Keamanan Nasional, Itamar Ben Gvir, untuk menangani kasus di Masjid Al Aqsa.
“Kita tidak bisa mengirimkan badut TikTok yang sudah kehilangan kepercayaan rakyat, kepolisian, dan pasukan di lapangan, untuk mengatur semuanya,” ucap Lapid.
Ia lantas menegaskan hulu dari semua permasalahan keamanan Israel saat ini sebenarnya adalah ketidakstabilan dan kekacauan pemerintahan Netanyahu.
“Yang dilihat musuh kami adalah ketidakbecusan pemerintah di segala bidang. Menhan tak jelas setelah dipecat karena bicara kebenaran. Menteri keamanan nasional yang membocorkan rekaman kepala kepolisian ke media. Menteri keuangan mau membakar desa,” katanya.
Dengan berbagai masalah yang mendera sepanjang tahun ini, popularitas Netanyahu dan partainya, Likud, terjun bebas.
Jajak pendapat yang digelar Channel 13 News pada Senin lalu bahkan menunjukkan Likud bakal kehilangan lebih dari sepertiga kursinya jika pemilu digelar sekarang. Netanyahu pun diprediksi bakal gagal lagi membentuk mayoritas.
Merespons situasi itu, Netanyahu hanya berkata, “Saya tak terganggu dengan jajak pendapat.”
Sumber : cnnindonesia.com
Baca Juga : Pemotor Bawa Muatan Ratusan Rokok Tanpa Cukai, Terbongkar saat Tersesat di Jalur Tol Tandes Surabaya