Warta21.com – Di tengah padatnya kawasan Wonokromo, terdapat sebuah bangunan masjid yang berusia sekitar 237 tahun. Masjid itu ialah Masjid Qowiyuddin. Lokasinya ada di Jalan Jagir Gang Masjid RT 03 RW 06, Kelurahan Jagir, Wonokromo.
“Masjid ini dibangun sekitar tahun 1786, pendirinya Mbah Qowiyuddin salah satu cucu Sunan Gunung Jati dari Kasepuhan Cirebon,” ujar Takmir Masjid Qowiyuddin Amir Hamzah.
Dijelaskan Amir, Masjid Qowiyuddin awalnya dahulu berada di sekitar pintu air Jagir Wonokromo. Pada masa kolonial, kemudian masjid tersebut dipindah dan ditukar tanah di kawasan selatan sungai atau kini RT 03 RW 06, Kelurahan Jagir Wonokromo.
Pemindahan tersebut karena Belanda hendak membangun sudetan air (Kali Jagir). Menurut Amir, untuk kayu yang digunakan membangun masjid dibawa langsung dari Cirebon melalui laut kemudian dihanyutkan melalui Kalimas hingga berhenti di Jagir.
Sosok Mbah Qowiyuddin sendiri, lanjut Amir, merupakan orang cerdik. Beliau awalnya bermukim di Cirebon. Karena diburu dan dicari Belanda kemudian hijrah ke Jagir dan membangun masjid serta bermukim.
“Masjid ini termasuk masjid tertua di Surabaya Selatan. Dulu orang Ndresmo salat Jumat di sini,” terangnya.
Pria 47 tahun ini menuturkan, untuk tiang masjid empat soko guru masih asli. Beberapa bagian bangunan, seperti plafon juga terlihat plafon kuno era kolonial.
Salah satu keistimewaan masjid, lanjut Amir, dahulu saat dibom waktu perang melawan Belanda, hanya beberapa genteng yang rusak. Selain itu sisi utara masjid pernah dibakar namun tidak sampai terbakar. Konon masjid juga pernah ditabrak tank Belanda. Namun, hanya rusak sedikit bagian dinding.
Sementara itu, Ketua RT 03 Jagir M Zamroni menambahkan, di depan masjid Qowiyuddin juga masih terdapat pandem atau penanda waktu istiwak. Namun, untuk keberaan jam tersebut mulai kapan belum diketahui pasti. “Orang dulu menggunakan pandem itu untuk mengetahui atau penanda waktu salat,” tuturnya.
Ia melanjutkan, keberadaan masjid Qowiyuddin sendiri selain digunakan tempat ibadah juga sering dilakukan kegiatan pengajian dan syiar lainnya. Kini keberadaan masjid sudah beberapa kali direnovasi. Namun untuk soko guru masih asli.
Sumber : radarsurabaya
Baca Juga : Ricuh Suporter PSIS vs Persib, PSSI Ingatkan FIFA Ada di Indonesia







