Warta21.com – Flymoon, nama sapaan salah seorang pembaca yang menghubungi kanal WhatsApp (WA) Jawa Pos, setuju dengan pembukaan SNZ. Itu memberikan kesempatan bagi pengunjung yang memiliki keterbatasan waktu di siang hari untuk jalan-jalan KBS pada malam. Dia juga meyakini SNZ bakal meningkatkan pemasukan operator sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan hewan.
Terkait harga tiket yang mencapai Rp 100 ribu, dia berharap PDTS menyediakan beberapa paket dengan fitur yang berbeda. ”Jadi, bisa paket A, B, C. Misal, yang paling mahal bisa keliling semua zona, bisa selfie dengan hewan, atau kasih makan hewan langsung. Jadi, pengunjung bisa memilih paket sesuai kondisi masing-masing,” ucapnya.
Glenn, pembaca yang lain, juga mengapresiasi adanya SNZ. Dia berharap pengetahuan fauna nokturnal pengunjung bisa makin luas. ”Semoga eksistensi SNZ bisa memperkuat KBS sebagai salah satu kebun binatang terbesar di Indonesia,” tuturnya. Glenn juga berharap agar biaya masuk yang dipatok tidak mahal. ”Minimal disamakan dengan KBS,” ujarnya.
Berbeda dengan Annik M. Dia khawatir SNZ memengaruhi kondisi satwa. Sebab, binatang harus berinteraksi dengan pengunjung saat malam. ”Mereka juga makhluk Tuhan yang butuh istirahat. Jangan dari pagi sampai petang terus dieksploitasi,” tuturnya.
Pada bagian lain, DPRD meminta KBS meninjau ulang tarif tiket masuk SNZ Rp 100 ribu per orang. Nominal itu dinilai terlampau mahal. Belum tentu sebanding dengan fasilitas yang diperoleh pengunjung. ”Saya kok menilai kemahalan. Seharusnya bisa lebih terjangkau,” kata anggota Komisi B DPRD Surabaya Alfian Limardi.
SNZ memang dinilai cocok untuk liburan keluarga. Jika satu keluarga terdiri atas empat orang, mereka harus merogoh kocek Rp 400 ribu untuk sekali masuk. Pengeluaran itu belum termasuk biaya makan hingga ongkos transportasi datang ke KBS. ”Warga luar kota minimal harus siapkan bujet Rp 1 juta. Ini besar sekali,” ujar Alfian.
Bagi kalangan tertentu, tarif itu memberatkan. Apalagi bagi mereka dengan gaji UMK. Mereka akan berpikir keras untuk datang berlibur ke night zoo. ”Jatuhnya ini akan jadi wahana wisata yang mahal. Pasti memberatkan bagi keluarga ekonomi menengah ke bawah,” papar politikus PSI itu.
Ketua YLPK Jatim Muhammad Said Sutomo mengatakan, pihaknya membuka lebar apabila ada pengunjung SNZ yang keberatan akan tarif masuk tersebut. Asalkan mereka bisa menjelaskan titik keberatannya bagaimana. ”Bisa online, telepon, atau datang ke kantor, kami buka untuk masyarakat,” ucapnya.
Menurut dia, penentuan tarif harus disesuaikan dengan kemampuan masyarakat. Termasuk soal kenyamanan dan keamanan yang diberikan. Andaikan mereka datang namun tidak mendapat fasilitas yang layak, pengunjung berhak untuk mengeluhkannya ke YLPK Jatim. ”Misalnya, saat di lokasi ternyata dicopet atau menemukan kejadian yang membuatnya risi,” tutur Said.
Sementara itu, Dirut Perusahaan Daerah Taman Satwa (PDTS) KBS Chairul Anwar mengatakan, harga tiket masuk SNZ Rp 100 ribu itu tidak hanya untuk melihat koleksi satwa, tapi juga untuk menyaksikan beberapa pertunjukan. Selain itu, pengunjung juga mendapatkan suvenir cantik.
Dongkrak PAD, Dividen KBS Ditarget Rp 2,9 Miliar
Harga tiket SNZ Rp 100 ribu memang menimbulkan perdebatan.
Ada yang menganggap harganya standar. Namun, ada juga yang menilai harga tersebut terlalu tinggi. Menanggapi hal itu, pemkot siap menampung aspirasi masyarakat. ”Posisi Pemkot Surabaya itu adalah pembina sekaligus pemilik. Kalau memang ada yang menilai demikian, akan dikaji lebih dulu. Sebab, tidak bisa intervensi secara langsung dilakukan, harus ada dasar dulu,” terangnya.
Tahun ini PDTS KBS ditarget menyetor dividen Rp 2,9 miliar ke kas daerah. Jumlah itu naik dari target 2022 yang hanya Rp 293 juta. Persentase kenaikannya 989 persen.
Sementara itu, Kepala Bappedalitbang Surabaya Febrina Kusumawati mengatakan, inovasi yang dilakukan BUMD merupakan bagian dari upaya untuk mendongkrak PAD. BUMD memiliki peran yang lebih luwes untuk bergerak dan berkembang.
Menurut Febri, sapaan akrab Febrina Kusumawati, setiap BUMD wajib berinovasi. Namun, perusahaan daerah itu harus taat aturan. Tahun ini inovasi menjadi salah satu indikator BUMD tersebut mampu bersaing.
”Seperti di PDTS KBS dengan SNZ. Kalau Pemkot Surabaya yang melakukan tidak bisa. Namun dengan dilakukan BUMD akan lebih luwes. Sehingga BUMD memang harus berinovasi terus,” paparnya.
Apakah warga sudah mengetahui tentang Surabaya Night Zoo (SNZ)?
– 61 persen memilih sudah tahu.
– 39 persen mengaku belum tahu.
Apakah warga berminat datang dan mengajak orang lain berkunjung?
– 33 persen mengaku tidak tertarik.
– 25 persen berniat ajak keluarga.
– 20 persen akan mengajak pasangan untuk berkunjung.
– 22 persen akan berkunjung dengan teman.
Alasan warga tidak berminat?
– 65 persen mengaku tidak tertarik karena tiket terlalu mahal.
– 35 persen khawatir dengan kesehatan hewan karena harus bekerja siang-malam.