Warta21.com – Perusahaan bir pertama di Surabaya yang berproduksi di tahun 1931 tak berlangsung lama, saham induk Belgia SA Internationale de Brasserie (Interbra) atau Cobra dibeli oleh Heineken yang secara otomatis berubah kepemilikan dan nama perusahaan.
Menurut pengamat sejarah, Ikhsan Rosyid, Heineken menguasai pabrik bir di Jalan Ratna, Ngangel, Surabaya setelah membeli saham mayoritas dari perusahaan induk Belgia SA Internationale de Brasserie (Interbra) pada tahun 1935.
“Nama perusahaan atau pabrik berubah menjadi Heineken’s Dutch-Indian Bierbrouwerij Maatschappij. Karena Heineken membeli saham mayoritas yang dimiliki oleh Interbra,” kata Ikhsan kepada Radar Surabaya.
Setelah dibeli dan menjadi milik Heineken, dilakukan perluasan dan renovasi tempat pembuatan bir.
Heineken akhirnya bisa memproduksi bir kembali di pabrik bir Keper Straat I 21-22 (sekarang Jalan Ratna) tahun 1937. “Karena tahun tersebut (1937, Red) perluasan dan renovasi yang dilakukan Heineken selesai,” terangnya.
Sejak saat itu bir yang dijual merk Heineken dengan level Heineken. Tapi orang mengenalnya dengan Bir Bintang.
“Karena orang sering menyebut saat memesan dengan sebutan tjap Bintang. Yang ketika itu kemasan di botol bir terdapat gambar bintang,” ujarnya.
Atas perubahan kepemilikan perusahaan, impor bir Heineken dari Belanda dihentikan. Karena di Surabaya sudah memproduksi bir sendiri. Heineken’s Dutch-Indian Bierbrouwerij Maatschappij juga memperkenalkan produk baru, yaitu Rex.
“Heinekens juga memperkenalkan bir dengan merk Rex ketika itu. Bir tersebut (Rex) dibuat untuk menyaingi bir impor dari Jerman,” ungkap dosen Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Airlangga (Unair) itu.
Lebih lanjut ia menjelaskan, seiring berjalannya waktu, merk Rex terdengar mirip dengan merk Beck’s.
Sumber : radarsurabaya
Baca Juga : Ngeri, BMKG Ingatkan Ada Ancaman Malapetaka Hantam Bumi







