TERIK: Seorang warga berjalan dengan memakai payung di Taman Suroboyo, Senin (25/9). Peningkatan suhu di Surabaya memicu kasus ISPA. (Ahmad Khusaini/Jawa Pos)

Warta21.com – Musim kemarau di Surabaya tak hanya memicu penambahan kasus melasma dan infeksi jamur. Beberapa hari terakhir, kasus infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) di sejumlah puskesmas mulai naik.

Salah satunya di Puskesmas Wonokusumo. Kepala Puskesmas Wonokusumo dr Dania Rahmawati mengatakan, cuaca yang kian terik membuat kasus ISPA meningkat. Dari total 150 warga yang berkunjung ke puskesmas, sebanyak 50 persen pasien berobat karena terserang penyakit ISPA. Mulai orang dewasa hingga anak-anak. ”Kasus ISPA naik 30 persen dari biasanya,” paparnya.

Menurut Dania, virus ISPA bisa cepat menular. Awalnya anak-anak yang terserang virus tersebut. Setelah itu, menulari orang tuanya. ”Untuk mencegah penularan ISPA, kami menganjurkan pasien untuk memakai masker walaupun berada di rumah,” kata Dania.

Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) dr Alfian Nur Rosyid SpP(K) FAPSR FCCP mengatakan, kasus ISPA pada anak kini makin bertambah. ”Jumlahnya agak imbang antara yang dewasa dan yang anak. Namun, belakangan kasus anak justru makin meningkat,” ucapnya.

Menurut Alfian, peningkatan kasus ISPA rutin terjadi di akhir musim kemarau hingga pancaroba. Udara kering dan cuaca panas membuat kondisi tubuh rentan terpapar virus. ”Terutama kalau tidak terbiasa minum cukup. Jadi, tenggorokan kering dan rentan terpapar ISPA,” imbuhnya.

Kebiasaan minum dingin untuk menyegarkan badan sementara juga meningkatkan risiko iritasi pada saluran tenggorokan. ”Apalagi, saluran pernapasan atas ini pasti terpapar udara, virus, bakteri, dan polusi. Beda dengan makanan yang bisa kita pilih,” papar dokter spesialis paru di salah satu rumah sakit di Surabaya itu.

Antisipasi yang bisa dilakukan adalah mengenakan masker saat berada di luar ruangan. Selain itu, dia mengingatkan asupan air mineral yang cukup tiap harinya. ”Sebisa mungkin air biasa. Bukan air dingin agar menekan potensi iritasi,” tegasnya.

 

Selain itu, lanjut Alfian, makanan berminyak dan berbumbu hendaknya dikurangi untuk menjaga tenggorokan. Dengan begitu, gejala ISPA yang ditemukan tidak bertambah lama. ”Kalau dibandingkan tahun lalu, sebenarnya jenis penyakit tahun ini sama saja. Tidak makin panjang seperti yang ditakutkan,” ucapnya.

Hanya, pada beberapa kasus, ada perpanjangan gejala akibat infeksi bakteri tambahan. ”Jadi, malah muncul gejala dahak menguning, kemudian demam,” papar Alfian.

Sementara itu, puncak musim kemarau membuat suhu metropolis kian panas. Saat siang suhu bisa mencapai 35 derajat Celsius. Kondisi itu diperkirakan terjadi hingga akhir Oktober. Musim hujan baru tiba pada November.

”Berbarengan dengan fenomena El Nino membuat tingkat kelembapan udara menurun. Akibatnya, cuaca terasa lebih panas. Sumuk, nggak ada angin,” kata Kepala Unit Forecaster BMKG Maritim Tanjung Perak Ady Hermanto.

Menurut dia, pada Oktober suhu panas akan mencapai puncaknya. Yaitu, berkisar 36 derajat Celsius saat siang dan 25 derajat Celsius pada malam hari. Itu disebabkan titik matahari berada tepat pada garis khatulistiwa.

Diperkirakan, saat malam cuaca masih panas. Suhu akan turun menjelang pukul 04.00. Karena itu, masyarakat perlu lebih ekstra dalam menjaga kesehatannya.

DAMPAK CUACA PANAS

– Kasus melasma dan infeksi jamur meningkat.

– Beberapa hari terakhir, kasus ISPA di beberapa puskesmas juga naik.

– ISPA dipicu tubuh rentan karena cuaca terik.

– ISPA juga disebabkan kebiasaan orang minum air dingin untuk menyegarkan badan.

– Salah satu upaya mengantisipasi penularan ISPA adalah memakai masker.

Sumber : jawpos.com

Baca Juga : Mahfud Sebut MK tak Berwenang Ubah Batas Usia Capres-Cawapres

Artikulli paraprakResep Tahu Tek Telur Khas Surabaya dengan Citra Petis
Artikulli tjetërAsal Usul Asemrowo, Kampung Baru di Surabaya yang Muncul dari Rawa-Rawa dengan Pohon Asem di Tengahnya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini