Warta21.com- Awas, ada potensi banjir dampak laut pasang atau banjir rob lagi. Termasuk di wilayah pesisir Surabaya dan sekitarnya. Dari peringatan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Tanjung Perak, Surabaya, ancaman banjir rob itu terjadi hingga 14 Agustus ini.
Potensi Banjir Rob
Menurut Muhammad Arif Wiyono, kepala Forecaster BMKG Tanjung Perak, potensi banjir rob di kawasan pesisir Surabaya bisa mencapai 30 sentimeter. Hal ini disebabkan fase bulan purnama yang mempengaruhi pasang surut air laut.
’’Jadi, patut diwaspadai di kawasan pesisir Surabaya banjir rob mulai 11 hingga 14 Agustus,” katanya seperti dilansir Jawa Pos Radar Surabaya, Kamis (11/8).
Ia Menjelaskan, kawasan yang berpotensi tergenang dampak pasang air laut antara lain Pelabuhan Tanjung Perak, pesisir Surabaya timur hingga pesisir Surabaya Barat. Pasang maksimum terjadi mulai pukul 11.00 hingga 14.00 WIB. ’’Selama empat jam itu pasang maksimum terjadi, yang berpotensi banjir rob,” ungkapnya.
Banjir Rob Bisa Lebih Ekstrem
Arif mengatakan, kondisi banjir rob kali ini bisa lebih ekstrem apabila terjadi hujan dengan intensitas tinggi. Kondisi air laut saat ini masih hangat. Artinya, diprediksi masih terjadi hujan. “Kalau dilihat bulannya sudah memasuki musim kemarau, tapi terkadang masih ada hujan karena ada La Nina. Tapi, prediksi empat hari ke depan masih cerah berawan,” tuturnya.
Dia menambahkan, potensi hujan pada Agustus ini mulai berkurang ketimbang Juni dan Juli lalu. Juni lalu, intensitas hujan 87,9 persen. “Hujannya cukup tinggi meski tidak seperti musim penghujan,” imbuhnya.
Karena itu, Arif meminta para nelayan agar tetap memperhatikan informasi cuaca yang disampaikan BMKG. Selain itu, selalu waspada awan comulonimbus (CB) yang dapat meningkatkan ketinggian gelombang secara drastis. ’’Kalau ada kilatan-kilatan dan angin kencang, harus waspada,” tegasnya.
Sementara itu, Camat Bulak Surabaya Budi Hermanto mengatakan, pihaknya sudah melakukan mitigasi dengan melakukan sosialisasi peringatan dini BMKG tersebut. Kawasan rawan rob di wilayahnya juga terus dipantau. “Kalau seperti ini biasanya kami patroli atau keliling. Mengamati ketinggian air laut,” kata Budi.
Budi menyebut fenomena laut pasang maksimum itu sudah diketahui nelayan. Selain ada papan peringatan digital yang dipasang di tepi pantai, para nelayan sudah biasa membaca tanda-tanda adanya gelombang tinggi. “Karena mereka sehari-harinya berada di laut sehingga sudah paham,” ujarnya.
Festival Perahu Hias
Bagaimana dengan acara festival perahu hias di wilayahnya yang dijadwalkan pada 13-14 Agustus? Budi mengatakan, kegiatan itu tetap diadakan sesuai jadwal. “Sebetulnya pada 6 Agustus, tapi kondisi air laut masih tinggi. Dan, yang meminta tanggalnya, ya para nelayan sendiri karena air lautnya sudah mulai normal,” ungkap Budi.
Baca Juga: Kalah Dari Garuda Asia, Nguyen Quoc Salahkan Wasit!
sumber: jawapos.com, dan beberapa sumber.