Warat21.com – Presiden Cina Xi Jinping dan Presiden Rusia Vladimir Putin satu pandangan mengenai tujuan mereka untuk membentuk tatanan dunia baru. Lawatan tiga hari pemimpin Beijing ke Moskow yang berakhir pada Rabu, 22 Maret 2023, belum mendorong berakhirnya perang Rusia di Ukraina.
Xi, selama kunjungannya, menunjukkan solidaritas yang kuat dengan Putin melawan Barat. Walaupun, dia hampir tidak menyebutkan konflik Ukraina dan pada Selasa menegaskan bahwa Cina memiliki “posisi yang tidak memihak”. Tidak ada tanda-tanda upaya Xi untuk memainkan peran sebagai pembawa damai membuahkan hasil.
Namun, saat Xi hendak pulang, dia memberi tahu Putin bahwa saat ini ada perubahan yang belum pernah terjadi dalam 100 tahun. “Saat kita bersama, kita mendorong perubahan ini,” katanya.
“Saya setuju,” kata Putin, yang ditanggapi Xi: “Tolong jaga dirimu baik-baik, teman.”
Kremlin menyebut anjangsana Xi ke Moskow sebagai unjuk dukungan dari sahabatnya yang paling kuat. Lawatan itu menampilkan kemegahan dan upacara yang dipentaskan dengan hati-hati, tetapi tontonan itu juga ditandai dengan banyak kedekatan hubungan antara kedua otokrat tersebut.
Xi dan Putin menyebut satu sama lain sebagai teman baik. Keduanya menjanjikan kerja sama ekonomi, dan menggambarkan hubungan negara mereka sebagai yang terbaik yang pernah ada.
“Mereka (para pemimpin) berbagi pandangan bahwa hubungan ini telah jauh melampaui lingkup bilateral dan menjadi sangat penting bagi lanskap global dan masa depan umat manusia,” demikian pernyataan yang dikeluarkan oleh Cina.
Sementara, Putin melalui situs web Kremlin mengatakan, Rusia bekerja dalam solidaritas untuk pembentukan tatanan dunia multipolar yang lebih adil dan demokratis. Prinsip itu menurut Putin harus didasarkan pada peran sentral PBB, Dewan Keamanannya, hukum internasional, tujuan dan prinsip-prinsip dari Piagam PBB.
Mengomentari pertemuan Xi-Putin, Gedung Putih mengatakan posisi Cina tidak memihak. Washington mendesak Beijing untuk menekan Rusia agar menarik diri dari wilayah kedaulatan Ukraina untuk mengakhiri konflik terbesar Eropa sejak Perang Dunia Kedua.
Semalam, ketika Xi berada di Moskow, pasukan Rusia melancarkan “serangan udara besar-besaran”. Staf Umum Angkatan Bersenjata Ukraina pada Rabu mengatakan, Rusia menembakkan 21 drone Shahed-136..
Saat Xi bersiap untuk meninggalkan Moskow, sirene serangan udara meraung di ibu kota Ukraina, Kyiv, dan di utara dan timur Ukraina. Ada laporan serangan pesawat tak berawak, tetapi tidak ada kerusakan besar.
Dalam pernyataan bersama sebelumnya, Xi dan Putin menuduh Barat merusak stabilitas global. NATO dianggap menerobos masuk ke kawasan Asia-Pasifik. Namun, keduanya menegaskan kemitraan erat antara Cina dan Rusia bukan merupakan “aliansi militer-politik.”
Mengenai Ukraina, Putin memuji Xi atas rencana perdamaian yang dia usulkan bulan lalu, dan menyalahkan Kyiv dan Barat karena menolaknya. Barat melihat rencana perdamaian Cina sebagai cara untuk mengulur waktu bagi Putin untuk menyusun kembali pasukannya dan memperkuat cengkeramannya di tanah yang diduduki.
Inisiatif Cina untuk perdamaian Ukraina berisi 12 butir itu, tidak memiliki perincian spesifik tentang bagaimana mengakhiri perang berdarah selama setahun. Invasi Rusia ke Ukraina telah merenggut puluhan ribu nyawa dan memaksa jutaan orang melarikan diri.
Barat telah berusaha untuk mengisolasi Rusia melalui sanksi global dan Putin menghadapi surat perintah penangkapan dari Mahkamah Pidana Internasional (ICC). Cina belum mendukung langkah apa pun dan Barat khawatir hal itu dapat membantu mempersenjatai Rusia dalam konfliknya, yang dibantah oleh Beijing.
Ketika Xi dan Putin mengakhiri pembicaraan mereka pada Selasa, Dana Moneter Internasional mengumumkan kesepakatan awal dengan Kyiv mengenai paket pinjaman empat tahun sekitar $15,6 miliar atau sekitar Rp 238 triliun ke negara yang hancur itu.
Secara terpisah, Juru Bicara Pentagon Brigadir Jenderal Patrick Ryder kepada wartawan mengumumkan, Amerika Serikat bermaksud untuk mempercepat pengiriman 31 tank tempur Abrams ke Ukraina hingga musim gugur.
Kyiv telah menuntut tank serta perangkat keras militer Barat lainnya yang canggih karena konflik telah melambat menjadi perang gesekan. Kedua belah pihak menderita kerugian besar.
Sumbe : tempo.co
Baca Juga : Bandit Curanmor Teror Kos Mahasiswa di Wonocolo Surabaya