PSIM Yogyakarta Permalukan Persebaya di Laga Pembuka Super League 2025/2026
Jumat malam, 8 Agustus 2025. Stadion Gelora Bung Tomo (GBT) Surabaya penuh sesak oleh Bonek dan Bonita yang siap menyambut musim baru Super League. Tapi yang mereka dapat bukan pesta, melainkan pil pahit: Persebaya Surabaya kalah 0-1 dari PSIM Yogyakarta, tim promosi yang datang tanpa beban, tapi pulang dengan tiga poin dan satu tandukan emas dari Pulga Vidal di menit 90+2.
Tertarik baca berita lainnya, kunjungi kami di googlenews
Drama Sepak Bola: Ketika Nama Besar Tak Menjamin Kemenangan
Persebaya datang dengan status elite, sejarah panjang, dan dukungan fanatik. PSIM datang sebagai tamu, dengan skuad baru dan ekspektasi rendah. Tapi sepak bola tak peduli reputasi. Ia hanya peduli siapa yang berani bertarung sampai peluit terakhir.
“Kami datang bukan untuk bertahan. Kami datang untuk mencuri.”
— Jean-Paul van Gastel, Pelatih PSIM
Baca Juga: Liga 1 Belum Beres: Empat Klub, 15 Pemain, Rp 4,3 Miliar
Dan mereka mencuri dengan elegan. Satu tandukan Vidal, satu momen sunyi di kotak penalti, cukup untuk membuat GBT terdiam.
Statistik yang Tak Menyelamatkan
Persebaya mendominasi penguasaan bola, menciptakan lebih banyak peluang, dan tampil agresif. Tapi PSIM punya Cahya Supriadi, kiper muda yang tampil gemilang, dan Reva Adi, mantan pemain Persebaya yang kini jadi tembok kokoh lawan.
“Kami punya 95% skuad siap tempur. Tapi sepak bola bukan soal persentase.”
— Eduardo Perez, Pelatih Persebaya
https://lynk.id/warta21_/Q1b9xxp
Liga Baru, Masalah Lama?
Super League 2025/2026 digadang sebagai era baru sepak bola Indonesia. Tapi jika klub besar masih terpeleset di kandang sendiri, dan tim promosi bisa mencuri kemenangan tanpa banyak sorotan, mungkin ini bukan era baru—melainkan pengulangan dengan kemasan baru.