PEMBELAJARAN SMK: Suasana belajar mengajar di SMK Negeri 7 Surabaya. Sebagian SMA dan SMK di Jatim memiliki siswa di bawah 100 orang. (ANDY SATRIA/RADAR SURABAYA)

Warta21.com –  Sebanyak 17.000 bangku SMK tidak terisi sejak Pendaftaran Peserta Didik Baru (PPDB) tahap V diumumkan, Kamis (6/7). Geografis dan kurangnya minat di beberapa jurusan tertentu menjadi penyebab banyak bangku sekolah kejuruan tidak diduduki siswa.

Total siswa yang diterima pada PPBD tahap V SMK di Jatim mencapai 74.751. Sementara pagu yang disediakan untuk jalur itu mencapai 92.042. Artinya, masih ada  17.291 bangku kosong setelah pengumuman SMK diunggah di laman PPDB.

Koordinator IT PPDB Jatim Dwi Sunaryono mengatakan, dari analisis data pendaftar, tercatat memang masalah geografis menjadi salah satu penyebab tak penuhnya pagu. Misalnya di Sumenep dan Ngawi, di sana pendaftar tidak banyak. “Beda dengan kota yang persaingannya ketat. Seperti Surabaya dan Malang,” katanya, Jumat (7/7).

Faktor lain yang menjadi penyebab adalah jurusan di SMK. Beberapa SMK terpantau sepi peminat di jurusan tertentu. Misalnya di Bondowoso, jurusan agrobisnis tanaman. Dari 238 pagu yang disediakan, pendaftarnya hanya 57 orang. Kondisi serupa terjadi di Ponorogo untuk jurusan kuliner. Dari 113 pagu, pendaftarnya hanya 11 orang.

Anggota Dewan Pendidikan Jatim Ali Yusa mengatakan kondisi geografis itu terjadi wajar. Lantaran beberapa sekolah di wilayah perbatasan memilih ke provinsi lain. “Yang berdekatan dengan wilayahnya. Misalnya di Tuban dan Ngawi, mereka memilih sekolah di Jawa Tengah,” jelasnya.

Sementara untuk jurusan sepi peminat di beberapa SMK, perlu ada evaluasi mengenai itu. “Misalnya apakah benar kompetensi yang diajar mampu terserap kerja di wilayah itu sendiri. Jika tidak relevan maka jurusan tersebut bisa ditutup dan diganti jurusan lain. Misalnya di Ponorogo, seharusnya dibuka SMK dengan jurusan yang relevan. Seperti house keeping atau perawatan lansia. Mengingat jurusan itu sangat dibutuhkan di luar negeri. Dan kota reog itu dikenal sebagai kantong pekerja migran Indonesia yang tinggi di Jatim. Dibandingkan buka jurusan kuliner. Lebih baik house keeping,” katanya.

Sumber :radarsurabaya.jawapos.com

Baca Juga : Kelompok Gangster Bersajam Kembali Berkeliaran di Surabaya

Silahkan berkomentar
Artikulli paraprakProfil Claudia Scheunemann, Pemain Berusia 14 Tahun yang Jadi Top Skor dan Sukses Bawa Timnas Putri Indonesia U-19 ke Semifinal Piala AFF U-19 2023
Artikulli tjetërPolrestabes Surabaya Mulai Gelar Operasi Patuh Semeru 2023 Hari Ini

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini