Kepala Dispendukcapil Surabaya, Eddy Christijanto, di Gedung Eks Humas Pemkot Surabaya, Jumat (27/6).

Surabaya, Warta21 – Seorang warga Kota Surabaya, Jawa Timur, Wahyu Hestiningdiah kaget ketika mendapat pemberitahuan bahwa kartu keluarga (KK) miliknya masuk daftar blokir Pemkot Surabaya.

Warga Ngagel Rejo, Wonokromo itu mengatakan hal tersebut bermula saat ibunya mendapat pemberitahuan dari sebuah grup WhatsApp warga, bahwa KK-nya terancam diblokir, Senin (24/6).

Pemberitahuan itu dikirimkan Ketua Kelompok Dasawisma di wilayahnya. Wahyu mengatakan dalam pemberitahuan tersebut ada juga ratusan KK lain yang terancam diblokir.

“Jadi Ketua Kelompok Dasawisma Ngagel Rejo nge-share file excel yang isinya daftar warga gang Ngagel Tirto 3 yang diblokir KK-nya. Dari situ salah satunya keluargaku,” kata Wahyu dikutip dari CNNIndonesia.com, Rabu (26/6).

Usai mengetahui kabar tersebut, Wahyu dan ibunya lalu mempertanyakan kebijakan itu ke Kantor Kelurahan Ngagel Rejo. Di sana ternyata banyak warga yang mengeluhkan hal serupa.

Petugas kelurahan kemudian mencecar ibunya. Mereka dicurigai sudah pindah domisili, atau tidak lagi tinggal di alamat yang tertera di KK.

“Pihak kelurahan malah ngomong begini, ‘kalau diblokir berarti ibu enggak pernah nempati rumah ini’. Lho [ibu] saya itu dari saya menikah sampai sekarang, anaknya dari bayi sampai sekarang semuanya itu tinggal di Ngagel. Lalu dia (petugas) ngomong, ‘lho ibu jangan bohong, nanti ibu disurvei lho ke rumah’,” ucapnya menirukan petugas.

Padahal, kata Wahyu, ibu dan ayahnya sudah tinggal di rumah itu sejak menikah pada 1980-an silam. Dia juga telah menetap di rumah itu sejak lahir hingga sekarang.

Wahyu dan keluarganya tak pernah pindah sekalipun dari rumah itu, kecuali kakak-kakaknya yang sudah pindah KK sekaligus domisili karena telah berkeluarga.

“Dari saya lahir sampai sekarang, kami enggak pernah pindah. Karena itu rumah tetap, bukan kos atau kontrak,” ucapnya.

Menurutnya, hal ini aneh, sebab tiap tahun penyelenggaran pemilu atau pilkada, dia dan keluarganya selalu mendapatkan hak pilih. Rumahnya juga tak pernah luput didatangi petugas Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang melakukan pencocokan dan penelitian (coklit).

“Secara logika dari 1980-an sampai sekarang tiba-tiba diblokir, padahal tiap pemilu kami selalu bisa nyoblos. Kalau kami pindah kan enggak bisa milih,” ujarnya.

Sumber : CNNIndonesia

Artikulli paraprakCara Jaga Daya Tahan Tubuh yang Benar Kata Dokter
Artikulli tjetërKerja Cerdas VS Kerja Keras

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini