Surabaya – Pasca beberapa kericuhan demo yang sempat memanas di sejumlah titik, warga Surabaya kini bergerak bersama. Dengan seruan khas lokal yang menyentuh hati, “Kota Iki Omahe Dewe, Ayo Dijogo Bareng!” (Kota Ini Rumah Kita Sendiri, Mari Jaga Bersama!), ajakan damai di Surabaya ini menggema kuat, menenggelamkan riuhnya suara unjuk rasa. Pemerintah kota, tokoh agama, dan masyarakat sipil berkolaborasi erat untuk memastikan stabilitas dan kerukunan tetap terjaga.

baca juga : Golkar, PAN, dan NasDem Kompak Nonaktifkan Anggota DPR yang Bikin Marah Publik

Gelombang unjuk rasa yang belakangan terjadi, meskipun merupakan bagian dari hak demokrasi, tak jarang menimbulkan ketegangan dan gesekan. Beberapa di antaranya bahkan berakhir dengan kericuhan kecil yang meresahkan warga. Melihat kondisi ini, inisiatif untuk mendinginkan suasana muncul dari berbagai pihak, menegaskan bahwa Surabaya adalah “rumah” yang harus dijaga bersama, bukan ajang untuk perpecahan.

Pemerintah Kota Gandeng Berbagai Elemen Hadapi Tantangan Demokrasi

Wali Kota Surabaya, dalam beberapa kesempatan, secara tegas menyatakan komitmennya untuk menjaga kondusivitas Surabaya. Ia secara aktif menggandeng berbagai elemen masyarakat, mulai dari tokoh agama, tokoh masyarakat, hingga perwakilan mahasiswa yang selama ini sering menjadi motor demo. Dialog terbuka diadakan untuk menampung aspirasi, sekaligus mengingatkan pentingnya menjaga tata krama dalam menyampaikan pendapat.

“Kita semua punya hak untuk bersuara, tapi marilah kita sampaikan dengan cara yang bermartabat. Surabaya ini rumah kita, jangan sampai rusak karena emosi sesaat. Mari kita duduk bersama, bicarakan baik-baik,” ujar seorang ulama senior yang turut serta dalam forum dialog kerukunan yang baru-baru ini digelar.

Literasi Digital dan Toleransi Jadi Kunci

Salah satu pemicu kericuhan seringkali berasal dari informasi hoaks atau provokasi di media sosial. Untuk itu, Pemkot Surabaya bersama komunitas pegiat perdamaian mengintensifkan kampanye literasi digital. Tujuannya adalah membekali warga agar lebih bijak dalam menyaring informasi, tidak mudah terprovokasi, dan memahami etika berinteraksi di ruang publik, baik online maupun offline.

Semangat toleransi dan gotong royong, yang sudah menjadi ciri khas masyarakat Surabaya, kini kembali diangkat. Diharapkan, insiden kericuhan demo dapat menjadi pelajaran berharga, bahwa di balik perbedaan pandangan, ada kesamaan tujuan untuk menjadikan Surabaya lebih baik.

baca juga : Surabaya Memanas: Ribuan Buruh Long March ke Gedung Grahadi, Tuntut Upah Layak dan Tegur Tunjangan DPR

Dengan slogan “Kota Iki Omahe Dewe, Ayo Dijogo Bareng!” yang terus didengungkan, Surabaya bertekad untuk menunjukkan kepada Indonesia, bahkan dunia, bahwa kota ini mampu menghadapi dinamika demokrasi dengan kedewasaan dan tetap memegang teguh nilai-nilai perdamaian.

Artikulli paraprakGolkar, PAN, dan NasDem Kompak Nonaktifkan Anggota DPR yang Bikin Marah Publik
Artikulli tjetërSituasi Memanas, Sekolah di Surabaya Ambil Langkah Darurat: Siswa Belajar Daring Hingga 4 September

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini