Warta21.com- Nama Sungai Aare di Bern, Swiss, ramai dibahas publik Indonesia setelah kasus anak Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Emmeril Kahn Mumtadz (Eril) hanyut dan tenggelam di sana, Kamis (26/5).

Jenazah Eril ditemukan di dasar Sungai Aare dekat Bendungan Engehalde, Rabu (8/6) pagi waktu setempat. Saya turut berduka cita kepada keluarga atas musibah yang terjadi.

Saya Arnaud Anangga Pahud, mahasiswa Swiss yang saat ini magang di Indonesia. Saya ingin berbagi pengalaman dan pandangan soal Sungai Aare di Bern, Swiss.

Sering berenang di Sungai Aare mungkin biasa saja bagi warga lokal seperti saya yang notabene warga keturunan Swiss dan Indonesia.

Tak sedikit orang Indonesia menilai bahwa Sungai Aare dikenal karena sejumlah orang yang tenggelam di dalamnya.

Namun, saya yang beberapa kali berenang di sana mencoba memberikan sudut pandang yang lain.

Sejumlah titik di Sungai Aare memang sebenarnya bukan area yang memiliki kategori amat berbahaya. Meski demikian, saya acap kali menemukan sesuatu yang cukup menantang secara khusus.

Arus sungai yang berasal dari Pegunungan Alpen itu terkadang sangat kuat dan bisa menyeret Anda lebih jauh apabila Anda bukan perenang yang andal.

Secara pribadi, saya tak pernah menjumpai momen menakutkan berenang di sana. Tentu saja, kasusnya bisa berbeda bagi sejumlah orang.

Meski demikian, berenang di danau dan sungai Swiss bisa jadi sesuatu yang belum dipahami orang-orang asing soal kondisi, risiko, dan kebiasaan di sana.

Swiss merupakan salah satu dari sekian negara yang tidak memiliki pantai, di sana tak ada laut.

Kami sudah pasti bakal berenang di danau atau sungai saat musim semi atau musim panas tiba. Di Swiss, ada lebih dari 50 sungai besar dan kecil. Jumlah danau jauh lebih banyak lagi, bisa mencapai 1.500 di negara kami.

Sungai dan danau tentu kerap jadi tempat kami untuk melepas penat usai bekerja atau belajar, di sana mungkin sekadar nongkrong hingga berenang dengan teman-teman.

Ketika turis asing melancong, mungkin jadi pemandangan yang tak biasa melihat begitu banyak orang Swiss loncat ke danau atau sungai di sana (jika dibolehkan pemerintah kota).

Termasuk pula bisa jadi pemandangan yang jarang mereka lihat ketika banyak orang menceburkan diri begitu saja di Sungai Aare.

Sungai Aare membentang dari Koblenz ke Danau Thun. Alirannya membelah ibu kota Swiss, Bern. Sungai itu biasa jadi area renang atau rekreasi masyarakat Kota Bern.

Hal yang saya amati ketika kali pertama berenang di Sungai Aare, tak ada larangan yang ketat untuk berenang di sana.

Semua orang bisa langsung menceburkan diri dan berenang sesuka hati mereka, hanya diri kita sendiri yang menakar kemampuan apakah bisa atau tidak berenang di sana.

Terkait kasus Eril, ia mungkin salah memperkirakan kekuatan arus sungai dan kondisi lain yang berisiko membahayakan dirinya saat itu. Sayangnya, penyebab kecelakaan seperti ini biasa terjadi di sana.

Eril berenang di Sungai Aare saat musim semi di Swiss. Di musim itu, suhu rata-rata udara berkisar 15 derajat Celsius. Di siang hari tertinggi mencapai 16 derajat Celsius. Temperatur air bisa di bawah 10 derajat Celsius.

Risiko yang bisa dialami di antaranya adalah hipotermia hingga kram otot berenang di suhu air yang dingin bagi mereka yang tidak terbiasa.

Saya dengar Eril memang hobi berenang, bahkan bisa dibilang jago. Tapi tanpa mengurangi rasa hormat kepada mendiang, perenang andal sekali pun tak akan mampu menahan dinginnya temperatur air yang tak familier mereka alami.

Ditambah arus air yang lumayan kuat, situasinya tentu bisa berujung fatal berenang di sungai dengan suhu dingin tersebut.

Bagi kami yang terbiasa berenang di sungai-sungai Eropa, suhu seperti itu mungkin biasa saja. Tapi bisa jadi berbeda bagi turis asing dari daerah tropis seperti Indonesia.

Pada musim panas 2019, enam orang meninggal karena hanyut di Sungai Aare, seperti dikutip dari media Swiss, Radio Jura Bernois (RJB).

Tahun ini tiga orang, termasuk Eril, meninggal di sungai itu. Kecelakaan terjadi salah satunya di Canton of Solothurn, sebelum Kota Bern. Korban meninggal sebelum Eril adalah lansia 93 tahun dan pekerja konstruksi (41 tahun) dalam satu kejadian.

Pekerja bangunan loncat ke sungai untuk menolong lansia itu, tapi ia juga tenggelam terseret arus sungai. Jenazah mereka baru ditemukan beberapa jam kemudian.

Eril akhirnya ditemukan pada Rabu (8/6) pagi waktu Swiss. Namun hal yang cukup mengherankan bagi saya adalah pihak kepolisian dan tim SAR baru menemukan jenazahnya 15 hari setelah ia dinyatakan hilang.

Biasanya sepengetahuan saya, jenazah bisa ditemukan di sungai-sungai Swiss termasuk Aare sekitar 2-3 hari. Paling lama mungkin sekitar sepekan.

Kembali ke ‘rambu-rambu’ di Sungai Aare, saya pikir memang pemerintah Swiss, termasuk Kota Bern tak mungkin membuat larangan berenang bagi pihak tertentu. Di negara kami menganut asas bebas karena menyangkut hak dasar setiap manusia.

Namun, ada satu hal yang juga perlu diperhatikan bagi kepolisian perairan di sekitar sungai Swiss. Pengawasan sedianya lebih diperketat dengan kasus kematian warga asing yang berulang terjadi di sana, termasuk di Aare.

Papan-papan peringatan seharusnya diperbanyak lagi untuk wisatawan asing, semisal suhu air yang sangat dingin dan bisa berisiko kram otot bagi orang yang tidak terbiasa dengan temperatur air di sungai atau danau Swiss.

Baca Juga: Taise Marukawa Dkk Bawa Mahesa Jenar Menang Besar!

sumber: cnnindonesia.com

Silahkan berkomentar
Artikulli paraprakTinju Nicholas Sean vs Sabian Tama Jadi Sorotan Publik
Artikulli tjetërRRQ Lemon Dibawa ke MSC 2022? Ini Penjelasan Fiel!

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini