Demonstran pro-kudeta menggelar aksi di luar Kedutaan Prancis di Niger (Stringer/Reuters)

Warta21.com –Ribuan orang yang mendukung kudeta militer di Niger, Afrika Barat, menggelar aksi di depan Kedutaan Besar Prancis di Niger. Para demonstran meluapkan kemarahan atas pengaruh Prancis yang besar di Niger yang merupakan bekas koloninya itu.

Seperti dilansir CNN, Senin (31/7/2023), teriakan dukungan untuk Presiden Rusia Vladimir Putin terdengar di tengah-tengah aksi demo pro-kudeta yang berkumpul di luar Kedutaan Besar Prancis di ibu kota Niamey pada Minggu (30/7) waktu setempat.

Padahal Kremlin atau kantor kepresidenan Rusia menyerukan pembebasan Presiden Niger Mohamed Bazoum yang ditahan pasukan pengawal kepresidenan (paspampres) yang mendalangi kudeta militer sejak pekan lalu.

Dalam aksinya, para demonstran pro-kudeta merobohkan plakat yang menjadi penanda gedung Kedutaan Besar Prancis, menginjaknya dan menggantinya dengan bendera Rusia juga bendera Niger.

Beberapa demonstran kemudian meneriakkan slogan-slogan berbunyi ‘Hidup Putin’, ‘Hidup Rusia’ dan ‘jatuh bersama Prancis’.

Seruan dukungan untuk Putin dan Rusia ini menyoroti upaya Moskow, dalam beberapa tahun terakhir, untuk memanfaatkan sentimen anti-penjajahan di kawasan Afrika untuk memperkuat pengaruhnya di seluruh benua tersebut.

Pasukan keamanan Niger terlihat mengerahkan gas air mata untuk membubarkan para demonstran yang berkumpul di luar Kedutaan Besar Prancis. Salah satu foto dari lokasi unjuk rasa menunjukkan para demonstran melakukan aksi pembakaran.

Niger memiliki sejarah panjang terkait kudeta militer sejak kemerdekaannya dari Prancis tahun 1960 silam. Ketika Bazoum menjabat Presiden Niger tahun 2021 lalu, proses itu menjadi transfer kekuasaan demokratis yang pertama kali terjadi di negara tersebut.

Sebelum merdeka, Niger merupakan koloni atau negara jajahan Prancis selama lebih dari 50 tahun. Hubungan diplomatik antara kedua negara tergolong kuat sebelum kudeta terjadi pada Kamis (27/7) pekan lalu.

Namun banyak warga Niger yang meyakini Prancis terus bertindak sebagai kekuatan penjajahan terhadap negara mereka, merampas sumber daya alam mereka dan mendikte bagaimana pemimpin negara itu mengarahkan perekonomian. Niger merupakan salah satu negara termiskin di dunia dan menerima bantuan sebesar ratusan juta dolar Amerika setiap tahunnya.

“Niger terlalu menderita di bawah perintah Prancis. Saya menganggur selama 10 tahun karena sistem mereka. Kami menginginkan kebebasan,” cetus salah satu demonstran bernama Karimou Sidi.

Hadiza Kanto, seorang mahasiswa yang ikut dalam unjuk rasa pro-kudeta itu, menuturkan dirinya mendukung para pemimpin kudeta karena ‘mereka menentang Prancis yang merampok kita semua’.

“Kita akan mengusir Prancis keluar dari Afrika,” ujarnya.

Merespons situasi di Niger, kantor Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan akan membalas siapa saja yang menyerang warga negara Prancis atau fasilitas diplomatik Prancis di negara tersebut.

Sebagian besar komunitas internasional mengecam kudeta militer di Niger, di mana anggota paspampres menggulingkan Presiden Bazoum dan membentuk junta militer yang disebut Dewan Nasional untuk Perlindungan Tanah Air.

Sumber : detik.com

Baca Juga : Dokter Penganiaya Balita Ikhlas Dipecat dari RSU Bahagia Makassar

Silahkan berkomentar
Artikulli paraprakDokter Penganiaya Balita Ikhlas Dipecat dari RSU Bahagia Makassar
Artikulli tjetërResidivis Medokan Jambret Tas Mahasiswi Berisi Laptop Bahan Skripsi

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini