Warta21.com – Jualan online bukan hanya merujuk pada e-commerce. Keberadaan platform tersebut nampaknya mulai terancam dengan penggunaan aplikasi lain, seperti Telegram dan WhatsApp.
Kedua aplikasi ini sebenarnya melayani pertukaran pesan instan antar pelanggan. Dengan berjualan di dua aplikasi itu kian memudahkan pembeli untuk berkomunikasi dengan penjualnya.
Mengingat WhatsApp dan Telegram sering digunakan dalam keadaan sehari-hari, penggunaan dalam penjualan membuat pembeli tidak perlu beralih ke aplikasi lain. Berbeda dengan membeli di marketplace, pembeli harus beralih ke aplikasi-aplikasi tersebut.
Namun memang sejauh ini, baik WhatsApp dan Telegram belum menawarkan pembelian dalam aplikasi. Banyak penjual yang masih memanfaatkan sebagai cara terhubung dengan para pembelinya.
Salah satu yang menggunakan Telegram untuk berjualan adalah Adel, pemilik toko online yang menjual tas dan sepatu. Dia juga menggunakan WhatsApp, Telegram, dan Instagram sebagai kanal komunikasi. Selain itu menggunakan marketplace Tokopedia.
Dia bercerita WhatsApp yang digunakan masih versi biasa. Karena pada awal berjualan hanya menggunakan nomor pribadinya hingga sekarang.
Selain itu, Adel juga berjualan melalui Telegram. Menurutnya dengan kanal-kanal komunikasi tersebut sudah cukup dan belum merasa membutuhkan penggunaan WhatsApp Business.
“Sebenernya sih karena awal mulanya kan emang jualannya dari mulut ke mulut, terus juga dari temen-temen share nomor aku ke nomor temennya yang lain, dan seterusnya. Akhirnya keterusan deh yang awalnya ini nomor pribadi, malah ku jadiin nomor jualan,” jelasnya kepada CNBC Indonesia.
“Tapi since kita juga pakai Telegram, jadi menurutku sudah cukup di Telegram sih. Dan karena sistem jualan aku juga sharing barang tiap hari (tiap jam bahkan tiap bbrp menit), jadi menurutku buyer juga lebih senang di Telegram karena lebih hemat space storage HP mereka”.
Sementara itu, WhatsApp juga digunakan beberapa penjual online. Pantauan CNBC Indonesia, sejumlah toko online mencantumkan nomor WhatsApp-nya baik yang biasa maupun Business pada profil media sosialnya.
Kebanyakan dari mereka mencantumkan nomor tersebut untuk berkomunikasi lebih lanjut dengan pembeli. Ada juga yang sudah menggunakan fitur Katalog di WhatsApp Business, agar pengguna bisa melihat stok barang yang tengah dijual.
Meta juga terus mengembangkan WhatsApp Business. Terbaru perusahaan tersebut memperkenalkan dua fitur untuk layanan tersebut.
Pertama adalah sinkronisasi iklan dari WhatsApp ke dua aplikasi milik Meta lain yakni Facebook atau Instagram. Pengguna hanya perlu akun WhatsApp Business untuk membuat iklan jualannya. Pembeli juga hanya mengklik iklan tersebut dan langsung terhubung dengan nomor WhatsApp Business.
Selain itu, juga ada fitur pesan berbayar. Fitur tersebut untuk penjual bisa mengirimkan pesan personalisasi pada para pelanggannya.

Tiktok Shop juga hadir sebagai ancaman bagi e-commerce. Hadir di Asia Tenggara pada tahun 2021, fitur ini memungkinkan pengguna Tiktok untuk berbelanja tanpa harus keluar dari aplikasi.
Bahkan Tiktok memudahkan pencarian penjualan. Yakni dengan memasukkan barang-barang yang dijual melalui timeline para pengguna, bersama dengan video yang diunggah pengguna lain.
Jika mereka tertarik tinggal menekan ‘keranjang kuning’. Di sana dapat melihat informasi harga dan deskripsi lainnya hingga membeli barangnya secara langsung.
Selain itu juga ada fitur live yang bisa dimanfaatkan para pedagang langsung memperlihatkan barang dagangannya. Fenomena ini juga terlihat dilakukan oleh sejumlah pedagang di Tanah Abang.
Mereka tidak lagi hanya mengandalkan penjualan offline, namun juga menggunakan live selling untuk menjual barang dagangannya. Salah satu penjual bernama Mila mengaku akan melakukan live beberapa kali.
“Dari jam 10 pagi sampai jam 3 sore, tapi itu ganti-gantian. Jadi saya mulai dari jam 10-12 terus selagi saya istirahat sampai jam setengah 2 itu digantiin, jam set 2- 3 kita lanjut live lagi,” ungkapnya.
Keberadaan Tiktok Shop ternyata membuat banyak pembeli mengurangi pengeluaran di dua e-commerce Shopee dan Lazada. Informasi ini berdasarkan survei dari perusahaan riset Cube Asia.
Dilaporkan pada tiga negara yakni Indonesia, Thailand dan Fillipina, pengeluaran Shopee menurun 51% untuk dipindahkan ke Tiktok Shop. Sementara Lazada turun 45% dan gerai offline sebanyak 38%.
Berdasarkan data Cube Asia, GMV Tiktok Shop di Indonesia mencapai US$2,5 miliar pada Q1-2023. Capaian ini begitu besar bagi pemain berusia tiga tahun.
Jumlahnya memang belum bisa mengalahkan Shopee dan Lazada. GMV kedua perusahaan itu US$73,5 miliar dan US$21 miliar.
Tiktok juga memasang target ambisius untuk platform belanja onlinenya tahun ini. Sumber dalam perussahaan menjelaskan target GMVnya mencapai US$20 miliar.
Sumber : cnbcindonesia.com
Baca Juga : Video Kereta Api Datang Ke Kondangan Masyarakat Surabaya