warta21.com – Kota Surabaya kini terasa seperti Sakuraland di Jepang.Pasalnya, bunga Tabebuya mulai bermekaran dengan warna-warna indah dan menghiasi banyak ruas jalan Kota Pahlawan.
Sebenarnya bunga Tabebuya yang mekar di kota Surabaya ini bentuknya mirip sekali dengan bunga sakura, namun bunga ini bukan bunga asli Jepang.
Menurut penelitian, tanaman ini berasal dari Amerika Selatan, lebih tepatnya dari Brazil dan Paraguay.Kota Surabaya semakin terlihat cantik dengan mekarnya bunga Tabebuya sekaligus di beberapa ruas jalan kota heroik tersebut.
Bunga Tabebuya ini mekar hingga tiga kali dalam setahun.
Umumnya bunga Tabebuya dapat dinikmati pada bulan Juli hingga Agustus dan pada bulan Oktober hingga November.
Menariknya, bunga ini hanya mekar saat pergantian musim dan saat musim kemarau.
Bunga Tabebuya sepertinya cocok dengan iklim panas khas Kota Pahlawan.
Sebab tanaman tersebut dapat tumbuh dengan baik dan menghasilkan bunga yang indah.
Myrna Augusta Aditya Dewi, Kepala Bidang Pencegahan Pencemaran dan Pengelolaan Keanekaragaman Hayati Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Surabaya, mengatakan musim kemarau yang panjang dan kenaikan suhu menyebabkan bunga Tabebuya mekar lebih awal.
Seperti dikutip Radar Surabaya, Kamis (23 November), katanya, “Semakin panas, mekarnya akan semakin kuat.
“ Myrna juga menjelaskan perbedaan warna bunga Tabebuya yang ditanam Pemkot Surabaya.
Sebanyak 16.741 pohon telah ditanam di Kota Pahlawan, antara lain berwarna putih, merah muda, kuning, ungu, dan merah.
Secara proporsional, bunga Tabebuya berwarna putih dan merah muda lebih banyak jumlahnya dibandingkan warna lainnya.
Berdasarkan Radar Surabaya, terdapat sekitar 4.658 bunga Tabebuya berwarna kuning, 100 pohon berwarna ungu, 162 pohon berwarna merah, dan sekitar 11.821 pohon berwarna putih dan merah muda.
“Pohon ungu jumlahnya terbatas, hanya 100 pohon yang berdiri di jalan,” jelas Myrna.
Sehubungan dengan persebaran Bunga Tabebuya di Kota Surabaya, terbanyak berada di Jalan Ahmad Yani, Arif Rahman Hakim, Kertajaya Indah, Dharmafsada Indah, Dharmafsada, Ambengan, Gelora Bung Tomo (GBT), Maijen, terdapat di daerah-daerah.
dari Sonkono, Wiyun, dan Ngageru.
Depan Jalan Jaya Sulatan dan HR Muhammad.
Sejak kemunculan bunga Tabebuya, tanaman ini menjadi landmark baru kota Surabaya.
Mekarnya bunga Tabebuya tak hanya menambah keindahan kota heroik tersebut, namun juga secara alami menandai pergantian dan peralihan musim.
“Saat berbunga biasanya akan terjadi perubahan cuaca karena biasanya dalam beberapa hari akan turun hujan,” kata Myrna.
“Kedepannya kami juga mencari tanaman selain Tabebuya yang akan menjadi simbol baru Kota Surabaya.
Namun menyesuaikan dengan kondisi dan lingkungan Surabaya,” imbuhnya.
Menurut Kepala DLH Kota Surabaya, Agus Hebi Djuniantoro, fenomena bunga tabebuya ini menjadi daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke Kota Surabaya. Sehingga, pihaknya berencana mengusung tema Tabebuya Blossom untuk membangkitkan potensi wisata Kota Pahlawan agar perekonomian meningkat.
“Semua tamu yang ke Kota Surabaya, terutama ke DLH itu menanyakan soal tabebuya. Dan bahkan, kemarin orang-orang Jakarta itu telepon dan tanya kapan mekar dan berapa hari mekarnya. Mereka akan melihat, membuat profil, foto tabebuya Surabaya. Mau kita arahkan ke wisata, kenapa tidak,” jelasnya.
Fenomena mekarnya bunga tabebuya di Surabaya memang menjadi viral di jagat maya seperti Instagram. Masyarakat ramai-ramai membagikan foto bunga tabebuya yang bermekaran bak Negeri Sakura, Jepang. Namun sayang, bunga ini umurnya pendek, sekitar 1-2 minggu, lalu gugur. Serta tidak mekar saat musim hujan.
sumber : jawapos.com
Silahkan berkomentar