Warta21.com- Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva melihat prospek ekonomi Indonesia masih cukup baik, Hal tersebut disampaikan Georgieva usai bertemu dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati di sela-sela IMF Annual Meetings 2022 di Washington DC, Amerika Serikat pada Selasa, 11 Oktober 2022.
Indonesia Remains a bright spot in a worsening Global Economy!
“#Indonesia remains a bright spot in a worsening global economy! Excellent discussion with Finance Minister @smindrawati during the Annual Meetings, ahead of the #G20 Summit in November,” kata Georgieva melalui akun Instagram resmi @kristalina.georgieva seperti dikutip, Rabu, 12 Oktober 2022.
Bahkan, menurut Georgieva, Indonesia tetap menjadi titik terang di tengah perekonomian global yang memburuk.
IMF sebelumnya memangkas proyeksi atau outlook pertumbuhan ekonomi global pada tahun 2023 menjadi 2,7 persen dari sebelumnya yang diprediksi sebesar 2,9 persen pada Juli lalu. Padahal IMF pada Januari 2022 memproyeksikan pertumbuhan ekonomi tahun depan sebesar 3,8 persen.
Memperingatkan Peningkatan Risiko Resesi Global
Geoergieva sebelumnya sempat memperingatkan peningkatan risiko resesi global karena ekonomi maju melambat dan inflasi yang lebih cepat. Kondisi tersebut memaksa bank sentral Amerika Serikat atau The Federal Reserve (The Fed) untuk terus mengerek suku bunga dan akhirnya menambah tekanan hutang pada negara-negara berkembang.
“Di Amerika Serikat, ekonomi terbesar di dunia, pasar tenaga kerja masih sangat kuat tetapi kehilangan momentum karena dampak dari biaya pinjaman yang lebih tinggi ‘mulai menggigit’,” kata Geoergieva seperti dikutip dari Bloomberg, Selasa, 11 Oktober 2022.
Bahkan, menurut Geoergieva, perekonomian dunia akan merugi US$ 4 triliun hingga tahun 2026. Pada saat yang sama, pembuat kebijakan tidak dapat membiarkan inflasi menjadi ‘kereta pelarian’.
Oleh karena itu, Geoergieva menyebutkan, dukungan fiskal harus tepat sasaran sehingga tidak memicu inflasi. Selain itu, negara-negara berkembang dan berkembang yang sangat terpukul oleh pengetatan kondisi keuangan harus dibantu. “Jika Anda tidak melakukan (kebijakan) cukup, kami dalam masalah,” imbuhnya.
Adapun Sri Mulyani menyebutkan sepertiga negara di dunia akan mengalami tekanan ekonomi dalam 4-6 bulan ke depan. Tekanan ekonomi itu dalam bentuk beban utang yang tinggi, ditambah lemahnya fundamental makroekonomi serta adanya isu stabilitas politik.
“Kali ini kami mendiskusikan perkembangan terkini ekonomi global dan membagi kekhawatiran yang sama terkait kondisi banyak negara karena dunia saat ini memang sedang tidak baik-baik saja,” ujar Sri Mulyani melalui akun Instagram resmi @smindrawati seperti dikutip, Rabu, 12 Oktober 2022.
Perlu Ada Mekanisme Untuk Mitigasi Risiko Terjadinya Resesi
Sri Mulyani dan Geoergieva pun sependapat bahwa perlu ada mekanisme untuk mitigasi risiko terjadinya resesi apabila kondisi ini benar-benar berlanjut. Salah satunya adalah dengan mekanisme yang diterima oleh semua negara, baik negara maju dan negara berkembang. Mekanisme itu dalam bentuk bantalan (buffer) agar negara-negara yang mengalami kesulitan dapat dibantu dan tidak terperosok ke dalam jurang krisis dan resesi ekonomi yang lebih dalam.
Adapun pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal kedua tahun 2022 mencapai 5,44 persen (year-on-year/yoy). Realisasi itu melampaui pencapaian di kuartal pertama tahun ini yang hanya mencapai 5,01 persen. Pemerintah sebelumnya menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang tahun ini sebesar 5,2 persen.
Baca Juga: Masuki Triwulan ke Empat, Pengerjaan Gedung Sekolah Belum Juga Tuntas
sumber: tempo.co, dan beberapa sumber.