Warta21.com – Kondom merupakan salah satu alat Kontrasepsi paling populasi yang bisa membantu mencegah kehamilan dan melindungi diri dari infeksi menular seksual (IMS) selama hubungan seks vaginal, oral atau anal.

Kondom ini bekerja dengan cara membungkus penis yang ereksi untuk menghalangi sperma agar tidak membuahi sel telur atau mentransfer virus bila terjadi infeksi menular.

Tingkat efektivitas kondom mencegah kehamilan dan infeksi menular seksual ini mencapai 99 persen. Selain itu, penggunaan kondom juga dinilai aman tanpa efek samping, kecuali pada beberapa kasus.

Penggunaan kondom di kalangan pria juga bermanfaat dalam mengurangi risiko penularan penyakit menular seksual seperti herpes genital, sifilis, hingga HIV/AIDS.

Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa kondom menjadi alat yang efektif dalam mencegah penyakit menular seksual akibat kuman serta virus yang paling kecil sekalipun.

1. Alergi lateks

Kondom terbuat dari lateks tipis (karet), poliuretan atau poliisoprena, yang dirancang untuk mencegah kehamilan dengan menghentikan sperma membuahi sel telur.

Tapi, lateks bisa memicu alergi pada salah satu pasangan. Hal inilah yang bisa menyebabkan ruam, gatal-gatal dan hidung meler hingga menurunkan tekanan darah.

Jika Anda atau pasangan Anda alergi terhadap lateks, maka Anda harus memilih kondom poliuretan atau kulit domba. Tetapi, kondom jenis ini lebih mahal dibandingkan kondom lateks.

2. Sensitivitas berkurang

Umumnya, kondom yang tersedia sekarang sangat tipis untuk meningkatkan kepekaan ketika berhubungan seks. Tapi, beberapa orang mengeluh tentang berkurangnya sensitivitas saat menggunakan kondom sebagai metode kontrasepsi.

Mereka mengklaim bahwa kenikmatan selama hubungan seksual berkurang karena penghalang lateks. Dalam kasus ini, ahli merekomendasikan penggunaan kontrasepsi oral dan IUD. Tetapi, metode ini lebih baik bila Anda berhubungan seks hanya dengan pasangan halal karena cara ini tidak mencegah IMS.

3. Kehamilan yang tidak direncana dan IMS

Kondom tidak 100 persen efektif dalam mencegah kehamilan dan IMS. Saat berhubungan seks, kondom mungkin robek atau lepas sehingga meningkatkan risiko kehamilan dan IMS.

Hal ini biasanya disebabkan oleh gesekan yang berlebihan. Jadi, pastikan kondom tidak rusak dan gunakan pelumas berbahan dasar air. Anda juga dapat menggunakan metode kontrasepsi lain untuk hasil yang lebih baik.

4. Kondom terlepas

Kondom harus digunakan pada penis yang ereksi untuk menahan sperma agar tidak bisa membuahi sel telur. Tapi, pastikan Anda mencabut penis dari vagina segera setelah ejakulasi.

Karena, penis pasti akan mengerut setelah ejakulasi. Hal ini berisiko menyebabkan kondom terlepas dan sperma tumpah ke dalam vagina. Sehingga meningkatkan kemungkinan kehamilan tak direncana dan IMS.

Mengenal Produk Kondom Pria

Kondom pria tersedia dalam berbagai varian, mulai dari bentuk hingga rasa, yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan penggunanya. Berikut adalah penjelasannya:

1. Bahan

Materi utama kondom dapat berupa lateks, polyurethane atau polyisoprene, sejenis plastik, dan bahan alami yang terbuat dari usus domba. Kondom lateks lebih sering dijumpai dan dianggap paling efektif dalam mencegah penularan penyakit menular seksual (PMS), termasuk saat melakukan seks oral.

Kondom yang terbuat dari polyurethane atau polyisoprene dan bahan alami biasanya direkomendasikan bagi yang memiliki alergi terhadap lateks. Kondom yang bahannya dibuat dari usus domba dapat mencegah kehamilan, namun tidak mencegah PMS.

2. Bentuk

Sebagian kondom pria memiliki bagian ujung yang mengerucut untuk menahan air mani, namun sebagian lagi tidak. Kondom juga ada yang bertekstur atau bergerigi sehingga dapat memberikan rangsangan tambahan ketika sedang berhubungan seks.

3. Cairan pelumas

Sebagian kondom pria telah dilapisi oleh cairan pelumas sehingga bisa mencegah rasa sakit dan iritasi saat hubungan seksual, serta mencegah kondom sobek ketika dipakai.

Jika Anda menggunakan kondom yang belum dilapisi oleh pelumas, Anda dianjurkan untuk membeli pelumas secara terpisah dan menggunakannya saat akan melakukan penetrasi agar seks terasa lebih nyaman.

Cairan pelumas yang mengandung spermisida biasanya sudah disertakan pada sebagian besar kondom yang beredar di pasaran. Spermisida adalah zat yang dapat membunuh sel-sel sperma guna memberi perlindungan lebih pada kondom dalam mencegah kehamilan.

Meski mampu membunuh sel sperma, kondom berpelumas spermisida memiliki kekurangan, yaitu dapat mengiritasi alat kelamin sehingga bisa membuat Anda lebih berisiko untuk terkena penyakit  menular seksual.

4. Rasa

Kondom memiliki banyak rasa dan aroma, dan yang paling terkenal adalah rasa buah-buahan. Rasa yang terdapat pada kondom biasanya berasal dari pelumas yang melapisi kondom. Umumnya kondom seperti ini digunakan oleh pria yang ingin menyertakan seks oral ketika berhubungan intim dengan pasangannya.

5. Warna

Ada berbagai macam warna kondom yang dapat dipilih sesuai selera. Bahkan, kini sudah tersedia kondom glow in the dark yang bisa menyala yang mungkin dapat membuat seks menjadi lebih menyenangkan.

Cara Memakai Kondom yang Benar

Penggunaan kondom pria jauh lebih mudah dibandingkan kondom wanita. Selain itu, kondom pria bisa digunakan beberapa saat sebelum melakukan hubungan intim. Bagi para pria, berikut adalah cara pemakaian kondom yang benar:

  • Perhatikan kemasan dan tanggal kedaluwarsa kondom. Jangan gunakan kondom yang kemasannya rusak atau telah melewati tanggal kedaluwarsa.
  • Buka kemasan kondom dengan hati-hati agar kondom tidak robek. Kondom rentan untuk sobek jika terkena benda tajam, seperti perhiasan atau kuku.
  • Jika kondom yang digunakan tidak dilapisi pelumas, oleskan pelumas ke kondom sebelum digunakan.
  • Pasang kondom pada penis yang ereksi. Sisakan sekitar 1 cm pada ujung kondom yang tidak memiliki penampung sperma.
  • Tekan dengan telunjuk dan ibu jari untuk mengeluarkan udara yang kemungkinan terperangkap pada ujung kondom.
  • Gulung kondom ke arah bawah penis, Pastikan kondom yang dikenakan menutupi seluruh penis
  • Jika kondom sulit digulirkan, tandanya Anda menggunakannya dalam posisi terbalik. Segera ganti dengan kondom yang baru apabila sisi yang salah dari kondom sudah menempel pada ujung penis.
  • Lepas kondom segera setelah ejakulasi. Pegang bagian bawah kondom yang berada di bagian dasar penis untuk melepasnya.
  • Lepas kondom secara perlahan agar sperma tidak tercecer.
  • Ikat pangkal kondom dan buang kondom bekas pakai ke tempat sampah.
  • Gunakan kondom baru setiap kali akan melanjutkan hubungan seks setelah ejakulasi.

Jangan mengambil risiko dengan menyentuhkan penis ke vagina sebelum kondom benar-benar terpasang. Selain itu, waspadai kebocoran kondom, karena hal ini dapat menyebabkan terjadinya kehamilan atau penularan penyakit menular seksual..

Hal-Hal yang Mengganggu Efektivitas Kondom

Lapisan kondom yang tidak terlalu tebal memiliki risiko rusak atau sobek saat digunakan. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan hal tersebut terjadi antara lain:

Paparan panas

Kondom, terutama yang berbahan lateks, rentan untuk sobek jika terpapar panas. Oleh karena itu, hindari menaruh kondom di dompet atau di tempat lainnya yang bersuhu panas, misalnya dashboard mobil.

Jenis pelumas yang salah

Anda disarankan untuk menggunakan pelumas berbahan dasar air, terutama untuk kondom lateks. Kondom lateks tidak boleh menggunakan pelumas yang berbahan minyak, seperti minyak bayi, vaseline, atau petroleum jelly, karena bahan-bahan tersebut dapat merusak lateks.

Obat-obatan yang digunakan oleh pasangan

Obat yang dimasukkan ke vagina atau anus, misalnya untuk keperluan pengobatan infeksi jamur vagina, dapat merusak kondom yang berbahan lateks dan polyisoprene.

Ukuran kondom yang tidak pas

Pemakaian kondom yang tidak pas berisiko merusak kondom, sehingga efektivitasnya dalam mencegah kehamilan dan penyakit menyakit menular seksual dapat terganggu. Oleh karena itu, hindari memakai kondom yang terlalu kecil atau terlalu besar.

Goresan benda tajam

Kebanyakan kasus kondom bocor terjadi akibat keteledoran penggunanya saat membuka kemasan kondom. Mereka sering kali tidak sadar bahwa kondom yang akan digunakan sudah tergores kuku atau benda tajam, seperti gunting, saat membuka bungkusnya. Oleh karena itu, berhati-hatilah ketika akan mengeluarkan kondom dari bungkusnya.

Risiko Pemakaian Kondom

Meski kondom pria tergolong sebagai alat kontrasepsi yang aman dan minim efek samping, Anda tetap perlu mewaspadai risiko alergi, terutama terhadap kondom yang terbuat dari lateks. Reaksi alergi biasanya muncul pada area kulit yang bersentuhan dengan kondom.

Gejala tersebut bervariasi, mulai dari gatal, kemerahan, pembengkakan, hingga ruam. Pada kasus yang jarang terjadi, Anda mungkin untuk mengalami reaksi anafilaksis yang bisa mengancam nyawa sehingga membutuhkan penanganan medis dengan segera.

Untuk menjaga kesehatan Anda dan pasangan, penting untuk menentukan jenis kondom yang cocok bagi Anda berdua. Jika perlu. Anda bisa berkonsultasi dengan dokter untuk mengetahui pilihan kontrasepsi yang aman.

Silahkan berkomentar
Artikulli paraprakPasien Omicron Dirawat di Rumah, Arahan Dari Kemenkes
Artikulli tjetërTerjerat Kasus Narkoba, Pedangdut Inisial V Terancam 12 Tahun Penjara

1 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini