Warta21.com – Nama Yati Surachman mendadak ramai jadi perbincangan publik.
Aktris senior ini mulai terjun ke industri hiburan Tanah Air sejak 1970.
Sudah 50 tahun di dunia entertainment, wajahnya masih wara-wiri menghiasi layar kaca.
Ya, meski sudah usia senja, Yati Surachman masih aktif bermain peran.
Peran yang kerap ia mainkan adalah sosok nenek dan asisten rumah tangga (ART).
Beberapa waktu lalu, Yati sempat membuat pengakuan mengejutkan.
Blak-blakan Yati mengaku terdampak kesulitan ekonomi karena pandemi Covid-19.
Lantaran pekerjaannya harus berhenti saat awal pandemi Maret 2020, silam.
Mengutip Kompas.com,Yati Surachman lahir di Yogyakarta, 8 Agustus 1957.
Film pertama yang dibintangi Yati berjudul Inem Pelayan Seksi (1975).
Kepopulerannya kian melejit setelah bermain dalam film Perawan Desa, garapan Franky Rorimpandey.
Berkat perannya dalam film tersebut, Yati berhasil meraih penghargaan Best Actress di Festival Film Asia Pasific pada 1980.
Dalam film yang diangkat dari kisah nyata itu, Yati berperan sebagai Sum Kuning.
Dikisahkan, Sum Kuning adalah seorang perempuan penjual telur.
Sum menjadi korban perkosaan sejumlah anak muda dari keluarga pejabat.
Yati pernah membintangi sinetron-sinetron ternama, di antaranya Pernikahan Dini, Dukun Palsu, dan Nyoman dan Presiden.
Pada 1995, berkat Dukun Palsu Yati masuk nominasi pemeran utama wanita terbaik pada Piala Vidia.
Piala Vidia merupakan ajang penghargaan untuk sinetron Indonesia.
Yati dikenal sering mendapatkan peran sebagai seorang nenek-nenek baik di dalam film atau sinetron.
Sering Direndahkan Gara-gara Peran ART
Masih dari Kompas.com, Yati mengaku sering direndahkan oleh orang banyak gara-gara memerankan sosok ART.
Meski begitu, Yati tidak ingin mengambil pusing dan mempedulikan omongan orang-orang yang merendahkannya.
“Banyak (direndahkan orang lain), tapi buat saya, saya selalu pakai ilmu padi, artinya kalau memang orang mau merendahkan saya.”
“Jadi biar Tuhan yang kasih karma, dia merendahkan saya, dia akan direndahkan orang lain,” kata Yati dalam wawancara bersama Kompas.com 12 Juni 2020, lalu.
Ia kemudian mencontohkan cacian yang sering dilontarkan orang lain terhadapnya.
“Cuma banyak orang yang menganggap ‘oh yang jadi suka pemeran pembantu’, mereka tidak nontonnya (sampai) selesai,” ujar Yati.
Kritik Sinetron Zaman Sekarang
Yati Surachman menilai sinetron dulu dan sekarang memiliki perbedaan yang signifikan.
Ia mengklaim sinetron sekarang acap kali lebih mementingkan kuantitas, bukan kualitas.
Menurut Yati, hal itu terjadi lantaran produksi yang terus dikejar untuk memenuhi target.
“Sekarang sih memang bukan kualitas, kebanyakan kuantitas. Karena katanya istilah produser sudah (beriringan) bersama industri.”
“Jadi produksinya harus terus, harus terus, harus terus,” papar Yati.
Pemeran film Malaikat Tak Bersayap itu sangat menyangkan apa yang terjadi di dunia sinetron Tanah Air.
Yati mengungkapkan, dulu memiliki impian bahwa sinetron memberikan cerminan yang baik untuk penontonnya.
Mirisnya, kini justru banyak pelaku kejahatan yang bercermin dari salah satu sinetron Tanah Air.
“Karena saya sering denger tuh. Misalnya ada pembunuhan, saya kan berteman sama siapa aja, terus polisi bilang ‘ini gara-gara dia (nonton) sinetron’,” kata Yati
“Sebetulnya saya dari tahun 1980 berharap, kita sebagai pembuat juga memberikan contoh yang baik, supaya karya kita jadi panutan,” sambung Yati.
[…] Warta21.com – Aktor Yati Surachman bercerita mengenai proses pindah agama dari Islam ke Kristen saat menjadi tamu di YouTube […]