Surabaya, Warta21.com – Pencegahan penyakit leptospirosis terus dilakukan. Kemarin (2/3) Dinas Kesehatan (Dinkes) Surabaya bersama Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) Surabaya melakukan deteksi dini penyakit yang disebabkan bakteri leptospira itu. Mereka meneliti ginjal tikus di wilayah Sawah Pulo, Kecamatan Semampir.
Entomolog Kesehatan BBTKLPP Surabaya Widi Hartatik menyatakan, kegiatan penelitian dilakukan sejak Rabu (1/3) dengan memasang perangkap tikus pada 50 rumah di Sawah Pulo. Kemarin pagi, tikus diambil dari perangkap dan diteliti. ’’Ini sudah penelitian yang kedua. Bulan lalu di Genteng,’’ ujarnya.
Pada penelitian kali ini, BBTKLPP melibatkan sepuluh petugas. Dari hasil pemasangan perangkap, petugas berhasil mendapat 23 tikus. Mereka mengambil sampel ginjal hewan pengerat itu untuk diperiksa.
Menurut Widi, bakteri leptospira sering terdapat di ginjal tikus. Oleh karena itu, organ tersebut diteliti dengan metode polymerase chain reaction (PCR). ’’Hasilnya bisa diketahui seminggu ke depan,’’ lanjut Widi.
Dokter Puskesmas Sawah Pulo dr Farid Iswanto mengapresiasi deteksi dini yang dilakukan pihak dinkes dan BBTKLPP. Tujuannya, tidak ada kasus infeksi leptospirosis. ’’Hingga saat ini, Surabaya masih zero kasus,’’ katanya.
Farid menyatakan, tikus sering kali menyebarkan bakteri leptospira melalui urine. Secara langsung maupun tidak langsung. Saat sudah terkena bakteri, biasanya muncul gejala nyeri otot, demam, dan sakit kepala hingga dapat mengakibatkan komplikasi berat. Jika tidak ditangani, penyakit itu bisa mengakibatkan kerusakan ginjal dan hati.
Menurut Farid, pencegahan leptospirosis dapat dilakukan dengan menjaga pola hidup bersih dan sehat (PHBS). Melalui promosi kesehatan (promkes), puskesmas terus mendorong masyarakat untuk menerapkan PHBS. ’’Agar terhindar dari leptospirosis dan penyakit menular lainnya,’’ terangnya.
Sumber : jawapos.com
